Nenek Bungkuk Pencari Kayu Bakar Hidup Ditemani Anabul Kesayangan
terkumpul dari target Rp 50.000.000
Hidup sebatang kara dan hanya ditemani anabul kesayangan bernama Awat.
Emak bekerja mencari kayu bakar dari dahan dan ranting-ranting pohon di hutan dan buruh memetik kopi.
Dengan tubuhnya yang kini sudah tua renta serta punggung yang sudah bengkok, mak masih harus memikul beban. Jika tidak seperti itu mak tidak akan bisa makan.
Tumpukan ranting dan dahan kayu itu tidak ringan, namun bagi emak tumpukan kayu yang ia pikul dipunggungnya tersebut semakin berat berarti semakin banyak pula rezeki yang bisa ia bawa pulang untuk ditukarkan dengan beras dan makanan.
Saat ini sedang musim kemarau emak bisa kehutan hampir setiap hari. Namun bila musim penghujan datang jalanan dan tanah akan menjadi licin dan sulit di lewati sehingga tidak memungkinkan untuk mencari kayu bakar.
Mak sebatang kara, tinggal dipinggiran hutan dirumah yang dulu asalnya adalah gudang tempat penyimpan bibit tanaman sang pemilik kebun disana.
Namun karena Mak Ikah sering tidur disana, akhirnya warga setempat sepakat untuk mengijinkan emak tinggal disana dan gudangpun dibenahi oleh pemerintah setempat agar lebih layak untuk ditempati oleh emak.
Sebernanya emak tidak benar-benar hidup sebatang kara, ada seekor kucil lucu yang menemani hari-hari sepi dan lelahnya emak diberi nama Awat.
Penghasilannya sangat sedikit namun mak juga menyisihkan penghasilan untuk membeli makanan untuk hewan kesayangannya tersebut. Kucing adalah hewan kesayangan Rosulullah, merawat dan mengasihi kucing adalah suatu kebaikan.
Keinginan emak sangat sederhana, bisa memiliki penghasilan untuk mencukupi hidup nya. Memiliki hidup yang lebih layak lagi. Jika ada rezekinya Emak ingin memiliki usaha warung kecil.
Orang baik, yuk kita bersama bantu perjuangan Mak untuk kehidupan yang lebih layak di hari tuanya.
Nenek Bungkuk Pencari Kayu Bakar Hidup Ditemani Anabul Kesayangan
terkumpul dari target Rp 50.000.000