Tak Bisa Pulang, Menunggu Dagangannya Laku
terkumpul dari target Rp 50.000.000
Diusia yang sudah senja, Mak Eti Rohaeti (66 tahun) masih harus terus berjuang menjajakan peyek dagangannya ke setiap kampung demi untuk bertahan hidup.
Langit masih gelap, jam menunjukkan pukul 5 shubuh. Mak sudah mulai menata peyek dagangannya. Peyek-peyek itu diambil dari bosnya seharga 3 ribu yang mak jual seharga 5 ribu. Dalam 1 bungkus peyek mak hanya mendapatkan untung 2 ribu rupiah.
"Sehari mak hanya bisa bawa 20 bungkus peyek saja, itu pun jarang laku walaupun sudah berkeliling dari pagi sampai malam." ~Ungkap mak Eti
Sesekali beliau menepi dipinggir jalan sambil tertidur meringkuk memegang lutut lelahnya. Menunggu satu orang yang membeli dagangannya.
"Mak bingung sudah 2 bulan belum membayar kontrakan. Kalau bulan ini nggak bisa bayar juga, mak harus tinggal dimana." ~Ungkap Mak Eti
Walaupun perutnya harus menahan lapar, mak terus berjalan menjajakan peyek dagangannya. Dengan harapan ada kepingan-kepingan rupiah yang bisa dibawanya ke rumah.
#TemanBaik, mungkin saat kamu baca ini sedang duduk tenang sambil menikmati beragam makanan lezat yang telah tersaji di meja makan. Tapi disisi lain, ada Mak Eti Rohaeti yang sedang berjuang sambil menahan perutnya yang lapar karena belum terisi.
Dengan menyisihkan sebagian dari rezekimu. Kita bisa menemani mak Eti agar bisa tersenyum di sisa usianya.
Tak Bisa Pulang, Menunggu Dagangannya Laku
terkumpul dari target Rp 50.000.000