Perjuangan Nenek Penjual Sapu Lidi
terkumpul dari target Rp 20.000.000
Di usianya yang sudah menginjak 80 tahun, Mak Emeh berjuang seorang diri demi bisa terus melanjutkan hidupnya. Mak Emeh mencari nafkah dengan berjualan sapu lidi buatan sendiri. Setiap hari hidup Mak sangat keterkaitan dengan sapu lidi.
Mak Emeh biasanya dapat memproduksi 2-3 sapu lidi dalam seharinya. Jika sapu lidi yang terkumpul sudah berjumlah 6 atau 8, Mak biasanya langsung menjual sapu tersebut dengan berkeliling di kampungnya.
Panasnya terik matahari sambil berjalan berkeliling belasan kilometer, dihadapi oleh Mak Emeh dengan tubuhnya yang sudah renta itu.
“Suka sakit kaki nak, maklum udah tua jadi sering sakit kaki atau badan kalo jalan kaki jauh.”
Seperti yang diutarakan oleh Mak Emeh, dirinya sering sekali merasakan sakit di kaki dan badannya pada saat berjualan berkeliling. Oleh karena itu Mak seringkali istirahat di pinggir jalan ketika dirinya berjualan.
Dalam sehari, Mak Emeh hanya mendapatkan penghasilan sebesar 10 ribu saja. Sapu yang Mak jual seharga 5 ribu rupiah, setiap harinya hanya terjual 1 sampai 2 sapu saja, karena Mak mengungkapkan bahwa dagangannya sering sepi pembeli.
Dari penghasilan tersebut hanya bisa untuk membeli beras 1/2kg dan garam saja. Nasi dan garam menjadi menu sehari-hari bagi Mak Emeh, sungguh bukan makanan yang bergizi lagi bagi Mak yang sudah menginjak usia 80 tahun.
#TemanBerbagi, di kondisinya yang saat ini sudah lemah dan renta, Mak tetap memaksakan dirinya untuk terus berjualan sapu keliling agar dirinya bisa terus melanjutkan hidup. Jika mempunyai modal, Mak Emeh sangat ingin memiliki usaha ternak agar dirinya tidak perlu lagi berkeliling belasan kilo meter serta untuk bisa mendapatkan penghasilan yang lebih baik lagi. Yuk kita bantu wjudkan usaha ternak impian Mak Emeh bareng-bareng
Perjuangan Nenek Penjual Sapu Lidi
terkumpul dari target Rp 20.000.000