Pilu Nenek 80 Tahun Bawa Karung 50kg Demi Bertahan Hidup
terkumpul dari target Rp 90.000.000
Sinar Mentari belum menampakan Cahaya nya, tapi Mak Asih (80) tahun sudah bersiap menapaki papan kayu di tengah rel kereta api. Dua kilometer bukan jarak yang dekat untuk ditempuh. Tapi Mak terus menebas rumput untuk pakan ternak kambing tetangga nya.
Sandal jepit usang menjadi alas kakinya yang mulai goyah. Ditengah kegelapan dan samar pandangan mata tuanya, ia tak tau jika saja ada ular yang mendekatinya. Nyanyian jangkrik seolah menjadi teman sehari-hari bagi Mak, sambil terus mengayunkan aritnya yang berhias karat.
Setiap hari, mak selalu memakai baju tipis penuh noda yang menutupi tubuh kurusnya. Kerutan di wajah Mak tampak jelas saat matahari mulai menyapa, keringat nya pun mulai bercucuran.
Tangan keriput mak Asih tak berhenti mengisi karung lusuh yang Mak bawa dari rumah. Ia pun terus menjejal karung itu sampai terisi penuh, belum lama Mak mengambil rumput seketika ia mengelurkan bungkusan nasi berbalut daun pisang dari tas jinjing yang tak kalah lusuh.
Sambil terduduk dibawah pohon, Mak menghabiskan nasi yang ia bawa untuk menghilangkan rasa laparnya. Tubuh Mak Asih gemetar dan ia terus menahan tangan nya agar nasi nya masuk ke dalam mulut. Setelah dirasa cukup, mak kembali berjalan mendekati karung yang sudah penuh rumput, ia mengangkat karung itu ke atas punggungnya yang tampak kian bungkuk.
Mak terus berjalan sambil menahan rasa sakit di kaki nya, beban berat yang ia tanggung membuat tubuh bungkuk nya sering terasa sakit. Nafas Mak juga tersengal sengal sambil sesekali ia mengistirahatkan tubuh nya di pinggir rel kereta api dan berusaha menahan rasa sesak yang menyeruak.
Tangan yang gemetar membuatnya tak cukup sulit untuk meneguk air dan menghilangkan dahaga di tenggorokannya. Tapi ia juga tahu, tidak bisa berlama-lama melepas lelah, karena ia tak tau kapan kereta mungkin melewati jalur yang ia lalui.
Sesampainya di kandang ternak, mak Asih segera memberikan rumput yang ia bawa. Tak seberapa yang ia terima dari hasil usahanya. Ia hanya menerima 50 – 100 ribu/bulan. Bukan hasil yang cukup untuknya bertahan hidup. Namun tetap saja ia lakukan demi mendapatkan sesuap nasi.
Mak Asih sendiri sudah bercerai dengan suami nya dan ia tidak dikaruniai anak, Mak juga memilih tidak menikah lagi. Di Masa tua nya Mak hanya hidup sebatang kara dengan menjadi pencari rumput untuk pakan ternak tetangga nya.
Ketika hari sudah menjelang petang, Mak Asih bergegas pulang ke gubuk tua yang bertahaun-tahun menemani nya. Dinding gubuk nya sudah retak, atapnya bocor dan tempat tidurnya pun hanya terbuat dari bale bambu yang beralas permadani untuk melepas lelah.
Insan Baik, begitu keras kehidupan yang harus dilalui oleh Mak Asih, beliau masih harus terus berjuang untuk bisa bertahan hidup di usia senjanya. Untuk itu, yuk kita temani hidup Mak Asih dengan menyisihkan sebagian rezeki yang kita miliki. Sehingga Mak Asih memiliki hidup yang lebih layak.
Disclaimer: Donasi yang terkumpul akan digunakan untuk bedah rumah serta memenuhi semua kebutuhan Mak Asih. Selain itu akan digunakan untuk implementasi program dan para penerima manfaat lainnya dibawah naungan Yayasan Amal Baik Insani.
Pilu Nenek 80 Tahun Bawa Karung 50kg Demi Bertahan Hidup
terkumpul dari target Rp 90.000.000