Hidup Sebatang Kara Di Usia Senja
terkumpul dari target Rp 64.500.000
“Duka ka mana di bapak teh. Aya panginten sabelas taun angkat pedah sareng emak mah teu gaduh putra wae. Aya wartos mah atos nikah deui.” (Ga tau bapak pergi ke mana. Mungkin udah ada 11 tahun perginya karena kalo sama emak ga punya anak. Denger kabar udah nikah lagi)
Di usia senjanya 61 tahun, Mak Apong lalui dalam sepi dan sendiri, tanpa suami dan anak. Mak tinggal sendiri di gubuk lapuk dengan segala keterbatasan dan kesehatan yang terus menurun.
Untuk menyambung hidup, Mak Apong keliling jadi pemulung sampah sejak pagi hari dan jalan berkilo-kilo meter. Mak harus mencari sampah plastik dan logam yang bisa dijual. Saat siang hari, Mak pergi ke pamatang sawah yang sempit dan licin menuju tepian hutan untuk mencari kayu bakar.
Kayu bakar seberat sekitar 35 kg Mak bawa sendiri untuk dijual dan digunakan sendiri. Biasanya Mak dapat upah Rp6.000 per ikatnya.
"Pami nuju teu damang mah emak moal gaduh artos, da emak teu tiasa mulung sareng milari suluh, paling gulang-guling nyalira we da teu aya rencang. Ngantosan damang nyalira we." (Kalau lagi sakit ya ga bisa punya uang soalnya ga bisa mulung dan cari kayu bakar, paling tiduran sendiri aja karena ga ada teman. Jadi nunggu sembuh sendiri)
Insan Baik, yuk temani perjuangan Mak Apong untuk bertahan hidup di tengah kesendiriannya di hari tua!
Disclaimer: Donasi yang terkumpul akan digunakan untuk kebutuhan Mak Apong. Jika ada kelebihan donasi akan digunakan untuk penerima manfaat dan kegiatan sosial kemanusiaan lainnya di bawah naungan Yayasan Amal Baik Insani.
Hidup Sebatang Kara Di Usia Senja
terkumpul dari target Rp 64.500.000