Hadiah Lebaran Untuk Para Yatim Pejuang
terkumpul dari target Rp 100.000.000
Ayunda
Ayunda Husnuliah (24 tahun) terlahir dengan lumpuh otak / cerebral palsy hingga praktis Ayunda harus menjalani hari- hari dengan banyak keterbatasan. Tidak pernah mengenyam pendidikan formal apapun, Yunda kecilpun sudah terbiasa terkucil dan tidak memiliki banyak teman.
Tak disangka di usianya sekarang Ayunda harus benar-benar kehilangan orang-orang tercintanya satu persatu. Sang Ibu adalah yang pertama harus pergi kembali menghadap sang pencipta, kini sang Ayah yang selama ini menjaga, merawat serta menjadi sandaran bagi Ayunda pun telah berpulang setelah hampir satu tahun lebih berjuang melawan sakit liver dan lambung.
"Tubuh kurus kering dengan perut mengembung serta penuh luka disekujur tubuh yang selama ini terkulai di tempat tidur yang hampir sepanjang malam mengerang kesakitan tersebut kini telah berpulang.
Saya kasihan sama Ayunda, dengan segala keterbatasanya dia harus mengurus Ayahnya, tapi sekarang sepeninggal sang Ayah ternyata kehidupan Ayunda makin miris, selain harus kehilangan Ayah, ayundapun kini tidak punya tempat tinggal, karena rumah yang selama ini Ayunda dan mendiang Ayahnya tinggali itu milik orang lain dan kabarnya sudah diminta kembali oleh sang pemilik." Ungkap salah satu tetangga
Meski para tetangga merasa Iba, namun apa daya kondisi merekapun serba terbatas, hanya bantuan alakadarnya yang selama ini mampu mereka berikan. Meski mereka sangat ingin memberikan bantuan semaksimal mungkin.
Rahma Aulia
Rahma Aulia ( 10 tahun ) Sejak kecil harus menerima kenyataan tumbuh tanpa kasih sayang kedua orang tua. Keduanya meninggal ketika Rahma masih sangat kecil. Sejak saat itu hanya kakeknya (Odih 68 tahun) dan neneknya (Nani 61 tahun) yang mengurus dan membesarkan Rahma dalam serba keterbatasan mereka, serta kini keduanya Sering sakit-sakitan.
Berangkat sekolah tanpa uang jajan dan hanya membawa sebotol air putih, serta harus berangkat jauh lebih pagi dibanding teman-temanya karena harus berjalan kaki menuju sekolah yang berjarak 5Km, adalah keseharian yang Rahma harus jalani Demi menjemput cita-citanya.
Setiap hari setelah pulang sekolah Rahma bergegas membawa karung dan arit. Dalam sehari Ia harus mencari 2 sampai 3 karung Rumput untuk pakan ternak milik tetangganya, tak hanya mencari rumput saja, Rahma pun sekalian mencari botol botol bekas untuk di kumpulkan dan di jual setiap minggunya.
Sudah satu tahun ini kondisi kakek dan nenek Rahma terus menurun terutama sang kakek, Tak ingin tinggal diam, Rahma harus berjuang mencari nafkah agar bisa makan dan membelikan obat untuk kakek dan neneknya.
Ketika ditanya tentang keinginan nya, Rahma yang bercita-cita menjadi seorang polwan pun mengutarakan, bahwa Ia ingin kakek dan meneknya sehat dan panjang Umur serta bisa melihat Ia sukses menjadi seorang polwan.
"Cukup Bapak dan Ibu yang meninggalkan Rahma, Rahma gak mau kehilangan kakek dan Nenek juga, biar rahma kerja keras, asal Kakek dan Nenek sehat dan ada terus buat Rahma" Bergetar lisan Rahma ketika mengutarakanya.
Ada kerinduan yang begitu dalam pada mendiang kedua orang tuanya, hingga seringkali Rahma menyempatkan diri mengunjungi makam kedua orang tuanya disela-sela Ia mencari rumput atau memulung Rongsokan.
"Bapak ibu, Rahma kangen..Semoga Bapak dan ibu tenang disana " ucap rahma sambil menitikan air matanya
Adila
Adila (8) tak lagi mempunyai orang tua. Ayah, Ibu dan kedua kakaknya berpulang menghadap sang pencipta satu persatu akibat sakit TBC yang mereka derita hampir bersamaan. Sedang selama keluarganya sakit Adila tinggal dan dirawat oleh sang Nenek, Nenek Juangsih (71) yang juga sebatangkara sepeninggal mendiang sang Suami.
Bersama sang Nenek kini Dila menghabiskan hari- harinya di tengah kondisi Ekonomi yang serba terbatas. Setiap hari sepulang sekolah Adila selalu membantu sang Nenek untuk mencari singkong di kebun milik para tetangga setelah meminta izin kepada mereka. Mereka selalu berusaha membayar singkong tersebut, namun warga yang mengetahui kondisi mereka seringnya memberikan secara cuma-cuma tanpa meminta bayaran.
Gadis Kecil itu cukup cekatan ketika membantu sang Nenek untuk mengolah singkong yang mereka dapat hingga menjadi kicimpring. Ia pun Menjadi penunjuk jalan bagi sang dan Nenek ketika menjajakan kicimpring buatanya.
Tak banyak Rupiah yang dihasilkan setelah seharian menjajakan Kicimpring menyusuri perkampungan hanya berkisar Rp. 20.000 sampai Rp. 30.000 itupun jika cuaca mendukung, namun jika musim penghujan paling 2 sampai 3 kali Dila dan sang Nenek bisa berjualan dalam seminggu.
Tak kurang dari 9 Km perjalanan yang harus Dila tempuh bersama sang Nenek setiap kali mereka berkeliling menjajakan dagangannya. Mereka tampak duduk di samping jalan raya menjajakan kicimpring yang mereka buat sendiri. Tentu saja mereka juga sekaligus melepas lelah setelah berjalan berkilo-kilo meter demi menyambung hidup.
“ Mak... Lapar... Hoyong emam (Nek... Lapar... Ingin makan)”. keluhnya lirih.*
Sang nenek tampak berusaha menghibur cucu kesayangan yang sudah 3 tahun ini Ia rawat. “ Sabar nya bageur, ke uih urang emam di bumi (Sabar ya anak baik, nanti pulang makan di rumah) ”. Ucap Nenek Juangsih berusaha menenangkan.
faisal
Faisal Rijki Muhamad Fauji adalah nama yang Bapak berikan untukku, Saat Usiaku 14 tahun aku terpaksa putus sekolah setelah ayahku meninggal dunia. Tiga bulan setelah kepergian ayah, ibuku Ibu Rokayah (48) terkena penyakit diabetes sehingga Ibu harus rela kehilangan sebelah kakinya karena di Amputasi akibat luka yang tak kunjung sembuh dan mulai membusuk.
Rentetan ujian itu membuat aku sadar aku harus menggantikan Almarhum Ayah menjadi tulang punggung keluargaku dan merelakan sekolahku terhenti. Walau Ada keinginan dalam hati kecilku untuk tetap bisa sekolah, namun aku juga sadar bahwa ibuku perlu terus di rawat, serta kedua adiku lebih memerlukan pendidikan juga penjagaan dariku di banding sebelumnya. Dan aku tidak ingin jika mereka sampai harus putus sekolah seperti Aku.
Setiap hari ketika jalan setapak belum nampak terlihat jelas di depan mataku. Namun aku harus bergegas mulai memulung barang bekas sebelum ter-dahului pemulung lain. Setiap barang bekas itu harus segera kutukar dengan sedikit uang agar Ibu dan kedua Adikku bisa makan pagi ini.
Setelah aku menyuapi ibuku, aku segera menyiapkan perlengkapan sekolah kedua adikku. Meskipun tak banyak waktu bagiku untuk memejamkan mata, aku segera keluar mencari pekerjaan yang bisa memberikan sedikit waktu untuk keluargaku bertahan. Terkadang aku menjadi buruh angkut di warung sekitar tempatku, setelahnya aku mencari rumput untuk peliharaan tetanggaku.
Terik matahari mulai naik di atas kepalaku. Setelah kembali untuk merawat dan menyiapkan makan untuk Ibu aku kembali bekerja di sebuah pabrik pengolahan pisang rumahan. Setidaknya ini adalah salah satu mata pencaharian tetapku meski disini aku hanya diperbantukan saja.
Menjelang sore sambil berjalan pulang dari pabrik aku kembali mencari botol-botol dan barang bekas di sepanjang jalan yang aku lewati. Seraya berharap mendapatkan hasil lebih untuk bisa aku tabung demi mewujudkan mimpi Ibu untuk membeli kaki palsu. walau seringnya tabunganku itu habis untuk membeli beras atau bekal Adik-adiku.
Malam mulai menyambut aku yang bersiap untuk kembali mengais rejeki. Deru kendaraan dan dinginnya cuaca malam seolah menjadi teman setia bagiku setiap hari saat aku bekerja menjadi tukang parkir di tempat yang cukup jauh dari rumahku.
Meski aku harus berjalan beberapa kilometer untuk sampai ke tempat ini, disinilah aku bisa sedikit menenangkan batinku yang sejujurnya kadang lelah menjalani kehidupan.
Meski ada pertanyaan besar yang terus menggelayut di benaku "sampai kapan aku harus menjalani hidup seperti ini" Namun aku yakin bahwa Tuhan pasti akan menjawab doa-doa ku serta menguatkan pundak ini untuk terus berusaha dan aku tidak akan mengubur mimpiku untuk kembali melanjutkan sekolahku meski aku tak tahu kapan itu akan terwujud.
Insan Baik, maukah kita hadir untuk memberikan senyuman kepada mereka para yatim pejuang nafkah berupa hadiah lebaran. Apapun yang kita berikan akan dapat memberikan sedikit kebahagiaan bagi mereka di hari raya idul fitri nanti.
Disclaimer : Donasi yang terkumpul akan digunakan untuk membeli baju dan hadiah lebaran lainnya untuk para yatim pejuang nafkah
Hadiah Lebaran Untuk Para Yatim Pejuang
terkumpul dari target Rp 100.000.000