Lansia Scoliosis Menjajakan Serabi Demi Obat Sang Suami
terkumpul dari target Rp 30.000.000
"Bapak, Emak berangkat jualan dulu ya, do'ain mudah-mudahan hari ini Emak bisa beli beras dan obat buat Bapak"
Siang itu seorang Nenek dengan badan bungkuk tampak tengah terbaring di samping jalan, di sebelahnya nampak sebuah kotak plastik. Ia jelas terlihat tak memakai alas kaki sama sekali. Raut wajah lelah jelas tergambar diantara kulitnya yang telah keriput. Pakaian batik tuanya tak selaras dengan celana tanggung yang ia kenakan saat itu.
Dengan rasa iba kamipun mencoba mendekatinya untuk membeli apa yang ia jual saat ini agar ia bisa segera pulang dan beristirahat. Ternyata beliau tengah beristirahat karena kelelahan setelah berjalan cukup jauh menjual kue serabi yang ia jajakan sejak pagi tadi.
Mak Emi nama beliau, usianya saat ini sudah mencapai 78 tahun. Mak Emi menjajakan kue serabi milik tetangganya, dari pagi hingga tengah hari Emak berkeliling demi uang 200 rupiah, iya Emak hanya memperoleh keuntungan 200 rupiah dari setiap kue serabi yang terjual.
Saat kami bertanya mengapa ia tak memakai alas kaki saat berjualan. Ia menjelaskan hal tersebut karena ia tak lagi mampu membelinya. Kami cukup tersentak, karena prioritas Emak adalah membeli beras dan obat jikapun Emak punya Uang, dan alas kaki bukanlah prioritas nya.
Mak Emi yang mengidap Scoliosis ternyata memiliki seorang suami yang tengah sakit keras. Suaminya Abah Ita (83) sudah lebih 4 tahun menderita kelumpuhan akibat struk dan hanya mampu terbaring sepanjang hari.
seluruh kebutuhannya sepenuhnya tergantung pada mak Emi yang sebetulnya juga sudah sakit-sakitan, belum lagi kondisi Scoliosis yang Emak derita membuatnya mudah lelah dan kesakitan jika berjalan terlalu jauh, hingga tak jarang Emak harus berbaring beristirahat menunggu sakitnya reda ketika tengah berjualan
Namun kasih sayang dan baktinya kepada sang suami membuat Emak tak pernah mengeluh dan terus berjuang, meski hanya mampu sebatas membeli beras dan satu dua tablet obat warung untuk suami tercintanya. Meski tak jarang Emak lebih memilih menahan lapar jika nasi yang dimiliki tersisa sedikit.
"Yang penting suami saya bisa makan dan beli obat, gak apa-apa Emak mah, dulu Bapak yang berjuang bekerja ini-itu buat Emak, sekarang Bapak sakit gantian Emak harus bisa mengurus dan menjaga si Bapak" Ungkap mak Emi
Keinginan mak saat ini hanyalah agar ia sehat terus agar bisa terus berjualan untuk membeli obat dan juga membeli beras untuk sang suami. Ia tak memikirkan keinginan lain, karena baginya kedua hal itu saja sudah cukup sulit untuk ia wujudkan dengan keadaannya saat ini.
Mak Emi yang tinggal berdua dengan suaminya itu hanya bisa saling mendukung dan menguatkan satu sama lain ditengah cobaan yang mereka jalani di senja Usia mereka.
Insan Baik, sungguh berat perjuangan yang harus Emak jalani, uluran tangan dan bantuan kita sangat di butuhkan untuk membersamai perjuangan beliau. Mari bersama-sama kita hadirkan senyum kebahagiaan di senja usia mereka.
Disclaimer: Donasi yang terkumpul akan digunakan untuk pemenuhan segala kebutuhan Emak dan Abah, terutama untuk kebutuhan pokok Emak dan pengobatan Abah Ita. Juga untuk keberlangsungan program - program sosial kemanusiaan serta penerima manfaat lainya yang berada dalam pendampingan dan naungan Yayasan Amal baik insani.
Lansia Scoliosis Menjajakan Serabi Demi Obat Sang Suami
terkumpul dari target Rp 30.000.000