Lansia Penjual Sapu Lidi Mengurus Anak ODGJ
terkumpul dari target Rp 50.000.000
Sore itu sedikit kurang bersahabat, Cuaca terasa sangat terik. Kami memutuskan untuk berhenti sejenak. Pandangan kami tertuju kepada sosok nenek yang terlihat menyeret sapu lidi menggunakan alat sederhana.
Sang nenek tampak terlihat kelelahan, ia kemudian tertidur di pelataran sebuah warung yang terlihat sedang tutup. Tak lama berselang seorang wanita muda keluar dari samping warung itu dan mengusir nenek itu
Nenek terlihat kaget dan ia terlihat sedikit terhuyung ketika berusaha bangkit. Perlahan ia berjalan dengan raut wajah penuh kesedihan. Kami yang tak tega melihat kejadian itu kemudian segera menghampiri sang nenek.
Usut punya usut ternyata nenek itu sedang berusaha menjual sapu lidi yang ia buat sendiri. Nenek yang bernama Encih saat ini berusia 72 tahun memiliki perawakan kecil. Tubuhnya yang keriput sudah terbungkuk ketika berjalan. Ia tak lagi mampu berjalan dalam waktu yang lama, sehingga ia perlu beristirahat beberapa kali saat ia menjual sapu lidinya.
Pakaiannya terlihat lusuh, kebaya tua yang entah sudah berapa tahun menemaninya menjadi salah satu pakaian terbaik baginya. Sepasang sandal yang berbeda jenis pun menjadi alas kaki yang menjaganya saat ia berjalan. Ciput putih di kepalanya tak mampu menutupi rambutnya yang telah memutih.
Nek Encih memiliki seorang anak yang mengalami gangguan kejiwaan dan menderita penyakit papiloma virus. Winarsih yang saat ini berusia 44 tahun tak bisa beraktifitas selayaknya orang lain. Ia hanya bisa membantu nek Encih sebisanya.
Nek Encih mengumpulkan bahan untuk membuat sapu lidi bersama dengan anaknya itu untuk kemudian ia raut dan mengikatnya menjadi sapu lidi di rumah tuanya. Kondisi rumah tempat mereka tinggal juga nampak tidak layak untuk dihuni, dinding dan atap yang terbuat dari bilik bambu telah rusak dibeberapa bagian akibat menua seiring waktu.
Alas tidur yang mereka miliki hanya berupa tikar tua lusuh, yang jelas tak akan mampu menahan dinginnya lantai saat malam tiba.
Nek Encih terpaksa harus berjualan sapu lidi dengan berkeliling, karena ia membutuhkan pemasukan untuk sekedar mengganjal perut mereka berdua demi bertahan hidup. Hasil dari penjualan sapu lidi itu tentu tidaklah besar, ia hanya bisa mendapatkan keuntungan yang tak tentu. Jika ia beruntung, ia bisa menjual dua buah sapu lidi yang ia jual seharga 5 ribu rupiah.
Meski tak jarang Ia pulang dengan tangan hampa.
Nenek Encih berharap bisa mempunyai usaha yang bisa ia kerjakan di rumah. Ia juga berharap ia bisa memperbaiki rumah tempatnya bernaung saat ini.
Meski ke khawatiran terbesarnya adalah Winarsih, siapa yang akan mengurusnya kelak jika Nenek berpulang terlebih dahulu.
Ia sadar dengan keadaan dan usianya saat ini, ia tidak bisa terus mengandalkan pekerjaannya saat ini dan Nenekpun sadar kalau Ia tak mungkin hidup selama nya.
Ia berharap memiliki usaha di rumah yang bisa Ia wariskan pada winarsih sepeninggalnya kelak. Begitu pula dengan keinginannya untuk memperbaiki rumahnya. Ia sangat ingin memperbaiki rumah yang merupakan peninggalan satu-satunya dari almarhum suaminya, agar kelak Winarsih bisa menempati rumah yang lebih layak dan nyaman.
Insan Baik, melihat keadaan nenek Encih saat ini sungguh sangat mengkhawatirkan. Ia seharunya bisa menikmati keseharian di usia senjanya. Mari ulurkan tangan kita untuk membantu nenek mewujudkan mimpi-mimpi di senja usianya.
Disclaimer: Donasi yang terkumpul akan digunakan untuk kebutuhan keseharian nenek Encih dan Winarsih. Donasi juga akan digunakan untuk modal usaha dan memperbaiki rumah mereka. Sebagian dari hasil donasi yang terkumpul akan digunakan untuk membantu saudara-saudara lain yang membutuhkan dibawah binaan Yayasan Amal Baik Insani.
Lansia Penjual Sapu Lidi Mengurus Anak ODGJ
terkumpul dari target Rp 50.000.000