Panasnya terik matahari menembus tubuh renta nya Abah Budi Suprapto (67 tahun). Walau jalan tertatih-tatih dengan kaki yang masih terasa sakit bekas stroke nya, beliau tetap semangat mendorong rodanya untuk menawarkan barang dagangan mainan anak-anak.

"Cuma segini saja yang bisa Abah ikhtiarkan, kadang Abah sering nahan lapar karena tidak satupun yang laku." Ujar Abah Budi berkaca-kaca sambil tangan menutupi matanya menahan tetesan airmata. "Kalau dulu Abah masih kuat dorong keliling jauh, sekarang mah Abah gak bisa, kaki bekas stroke dulu dan sekarang sesak nafas, maka Abah selalu bawa ini," Lanjutnya sambil menghirup viks pelaga nafas yang selalu Abah bawa.

Sehelai baju yang selalu menutupi kulit keriput Abah, kini sudah tidak bisa lagi menahan teriknya matahari dan polusi udara yang terus mengancam kesehatannya. Namun itu semua harus beliau hadapi walau terkadang seringkali nafasnya sesak.

Bila laku dalam sehari Abah bisa bawa pulang uang itu 10 sampai 25 ribu. Tapi seringkali dagangannya tidak laku sama sekali yang membuat barangnya semakin hari semakin berkurang.

"Kalau tidak laku sama sekali, kadang Abah jual murah asal bisa untuk beli sebagai ganjal perut dan obat hirup ini untuk pelega nafas bila sesak kambuh," Ungkap Abah. "Dan kalau jual murah gak ada yang mau juga, paling Abah pinjam dulu sama tetangga," Lanjut Abah tertunduk malu

Walaupun begitu, Abah selalu bersyukur atas apa yang diberikan tuhan nya yang terpenting Abah semangat dalam berikhtiar, masalah hasil semua Abah serahkan kepada sang pemberi rezeki.

Tidak hanya semangat dalam berjuang mencari nafkah, tapi dalam mengisi sisa umurnya  beliau juga berusaha untuk  bisa baca Al-Qur'an. Sambil menunggu pembeli beliau baca buku Iqro yang setiap hari dibawanya.

Sahabat, di penghujung usianya Abah Budi masih terus semangat untuk keliling jajakan dagangan demi mengisi perut nya, Oleh karena itu, mari kita ulurkan tangan lembut kebaikan kita untuk menyisihkan sebagian rezeki yang kita miliki saat ini dengan klik tombol 'DONASI'.