80 Tahun Berjuang Jual Alpukat Keliling Sejauh 10 Km
terkumpul dari target Rp 80.000.000
Kisah Para Lansia Pejuang Jalanan
Abah Rohim usianya sudah menginjak 80 tahun. Berusaha menafkahi dirinya sendiri dengan berjualan Alpukat keliling setiap hari demi sesuap nasi. Padahal kondisi Abah sudah sangat bungkuk, bahkan jalan pun terseok.
Istrinya sudah lama tiada, sehingga Abah hanya tinggal seorang diri di sebuah kontrakan dengan kondisi lampu yang seringkali mati. Jika tak berjualan abah seringkali menahan laparnya dengan berpuasa karena tak memiliki makanan sama sekali di rumahnya.
Dengan kondisinya yang sudah renta, Abah rela berkeliling sejauh 10 Km dengan tubuhnya yang bungkuk dan dengan membawa keranjang penuh dengan buah Alpukat.
Abah Rohim mulai berjualan dari pukul 9 pagi sampai pukul 10 malam, tak jarang Abah berhenti di pinggir jalan karena kelelahan bahkan sampai ketiduran di depan minimarket. Dari hasil penjualan Abah yang penuh dengan perjuangan itu, keuntungannya tidak banyak dan tak jarang buah Alpukat yang di jualnya hingga busuk karena tak laku.
Pengalaman sedihnya Abah pernah di rampok di jalanan
“Kejadiannya waktu itu abah lagi jualan terus ada yang nodong maksa abah buat ngasih kantong yang isinya uang sama ktp, terus orangnya kabur.” ucapnya dengan lirih
Padahal itu uang terakhir yang sudah Abah kumpulkan untuk dipakai pulang ke Garut.
“Abah pengennya di rumah aja, Abah udah gakuat di jalanan.” ucapnya
Selain Abah Ohim, ada pula Abah Dodo yang mengalami hal serupa,
Abah Dodo, kini usianya menginjak 75 tahun tapi masih bekerja sebagai penjual roti keliling. Abah harus mulai berangkat berjualan dari pukul setengah 5 pagi hingga jam 12 siang. Itupun kalau dagangannya sudah habis, kalau belum habis, Abah kembali berkeliling puluhan kilo agar dagangannya bisa terjual habis.
Meski Abah harus berjalan dengan postur tubuh yang sudah membungkuk, ditambah membawa kedua dagangan yang cukup berat untung di tenteng. Namun Abah tak pernah mengeluh..
Sedihnya harga jual satu roti Abah 3.500 rupiah dan Abah hanya mendapat keuntungan 500 rupiah saja. Karena roti tersebut Abah ambil dari orang lain seharga 3.000. Sehingga terkadang Abah hanya bisa membawa pulang uang 15.000/ Harinya.
Di musim hujan seperti ini pun Abah masih tetap memaksakan berjualan, hingga kerap kali Abah kehujanan hingga bajunya basah, kedinginan dan sampai menggigil. Kata Abah “Abah masih jualan karena Alhamdulillah masih dikasih kesehatan.”. Meski faktanya Abah sering merasa sakit pegal, batuk, flu, dan pusing.
Salutnya sepulang Abah berjualan, Abah selalu menyempatkan waktu untuk mengaji kemudian bermain dengan Cucunya. Seringkali Abah menyuapi Cucunya dengan sabar, karena sejak kecil sang Cucu juga sudah di rawat oleh Abah.
Bahkan jika Abah tak memiliki makanan yang cukup, Abah rela makan 1 piring berdua dengan lauk seadanya bersama sang Cucu.
“Yang terpenting Cucu Abah bisa makan.” ucapnya dengan ikhlas
Namun tak bisa berbohong, di usianya yang sudah lansia terlebih kondisinya yang sudah tak sekuat dulu. Abah pun mengungkapan “Inginnya dirumah aja Kang, punya modal dan bisa usaha dirumah.”
Orang baik, mari bantu ringankan hidup para pejuang lansia dengan memberikan modal usaha untuk membuat peternakan dan sembako untuk kebutuhan sehari-harinya.
Mengapa donasi di Sajiwa Foundation?
- Pendampingan yang dilakukan merupakan bentuk Integrasi Kebutuhan Material dan Non Material
- Memiliki Objektif pendampingan SMART (Specific, Measurable, Achievable, Relevant, Time-Bound) yang disusun berdasarkan asesmen kebutuhan penerima manfaat.
- Dijalankan dengan prinsip pertemanan yang menyenangkan.
- Sajiwa Foundation terdaftar dan diawasi oleh Kemenkumham, Dinsos Kota Bandung dan Dinsos Jawa Barat.
- Setiap bulan Sajiwa Foundation melaporkan Aktivitas Program dan Laporan Keuangan bulanan di laman website.
80 Tahun Berjuang Jual Alpukat Keliling Sejauh 10 Km
terkumpul dari target Rp 80.000.000