Jika biasa kita melihat pemandangan di perkotaan anak-anak pulang pergi sekolah menggunakan kendaraan pribadi atau transportasi umum, lain halnya di Kawasan Sungai Jelai, Banjarmasin.
Sebanyak 70 anak-anak SDN Basirih 10 terpaksa menempuh perjalanan menuju sekolah menggunakan kelotok (perahu mesin) dan jukung (perahu tanpa mesin).
Mereka lebih memilih menggunakan kelotok dan jukung karena aksesnya paling mudah dan cepat. Mereka hanya butuh waktu sekitar 20 menit.
Kelotok dan jukung ini hanya tersedia satu dengan kapasitas terbatas. Kelotok bisa menampung 15 – 20 orang, sedangkan jukung hanya 2 – 4 orang.
Para guru pun dituntut untuk bisa mengendarai kelotok dan jukung karena tak ada tukang yang bisa mereka bayar. Bahkan untuk biaya bensin dan pemeliharaan perahu pun sulit.
Terbukti selama 2 tahun ini kelotok dan jukung yang mereka punya kondisinya sudah tidak layak. Banyak bagian yang bocor. Mesinnya juga sering macet.
“Tidak jarang mesin mati ditengah jalan. Saat yang sama air mulai masuk kedalam kelotok. Jadi harus bekerja sama dengan anak-anak. Ada yang mengayuh kelotok, menghidupkan mesin, dan mengeluarkan air dari kelotok”, ujar Pak Ahmad (guru).
Yuk #SahabatBerbagi bantu antar anak-anak sekolah menggunakan kelotok dengan cara :
- Klik “DONASI SEKARANG”
- Isi nominal donasi terbaik Sahabat
- Pilih metode pembayaran
- Transfer sesuai nominal yang tertera
- Bagikan kisah ini ke orang-orang terdekat
Perahu untuk Sekolah
terkumpul dari target Rp 30.000.000