BANTU! TUKANG OJEK LANSIA MERAWAT KEPONAKAN YANG LUMPUH
terkumpul dari target Rp 50.000.000
"Saya sedih aja ma kondisi Abil, apalagi kalau liat teman-temanya yang pada lari-lari main sedangkan Abil Cuma duduk aja liatin di kaca, meski kadang ada temennya yang nyamperin buat ngajak main "- Ungkap Pak Muhidin (50 tahun).
Tak pernah mengeluh, tukang ojek lansia ini setiap hari harus merawat Syabil (11 tahun) yang mengalami kelumpuhan dari pinggang sampai Kaki, sejak usianya 3 tahun.
Semua itu berawal dari Syabil kecil yang sedang belajar jalan namun terjatuh sangat keras hingga bagian pantatnya terbentur. Tidak ada keanehan awalnya kondisi tubuhnya masih biasa saja, tidak ada memar atau luka.
Makannya tidak ada kecurigaan sedikit pun sampai masuk usia 4 tahun Syabil belum juga bisa berjalan. Hingga akhirnya Pak Eli (48 tahun) mengajak mantan Istrinya untuk memeriksakan Syabil ke klinik umum, hingga di rontgen ternyata Syaraf motoric Syabil mengalami kerusakan akibat tekanan atau benturan keras yang membuat bagian kaki nya tidak bisa digerakan, tidak bisa diluruskan, bengkok, lemas dan terasa pegal serta Sakit.
Dan akibat dari kondisnya tersebut tak lama Ia pun ditinggal pergi Ibunya yang bercerai dari Ayahnya. Sedangkan Pak Eli (Ayah Syabil) terpaksa harus pergi merantau ke jakarata untuk bekerja menjadi tukang Kopi keliling dan Mie rebus milik orang lain. Dengan penghasilan tak lebih dari 100 ribu itupun harus dibagi 2 dengan pemilik modal setelah dipotong untuk modal belanja jadi sekitar 50 ribu/hari yang diterima Pak Eli.
“Makanya Bapak nya jarang pulang, paling kalau pulang kadang sebulan sekali tergantung punya uang atau tidaknya,” ujar Pak Muhyidin.
Saat ini Syabil tinggal bersama Pak Muhyidin, kakak dari Pak Eli, bertahun-tahun ia merawat keponakan nya yang lumpuh. Kadang jika Ayah syabil tak pulang lama dan tak mengirim uang segala kebutuhan Syabil beserta Kakanya Aulia (15 tahun) dari mulai makan, bekal sekolah, biaya sekolah dan lainnya ditanggung Pak Muhyidin.
Sedangkan penghasilan Pak Muhyidin dari bekerja menjadi Tukang ojek pangkalan tak menentu, kadang dapat uang, kadang tidak dapat jika sepi, kalupun dapat paling tak lebih dari 50 ribu/hari.
Setiap hari sebelum Pak Muhyidin ngojek, Ia harus mengantarkan Syabil untuk berangkat sekolah yang jaraknya 4km dari rumah nya dengan menggunakan motor sampai keparkiran sekolahnya, kemudian menggendong Syabil masuk ke kelas nya dan mendudukannya. Begitupun dengan pulang sekolah setiap hari seperti itu, begitupun kegiatan sehari-hari nya, ia harus menggendongnya.
Padahal tenaga nya sudah tidak muda lagi, setelah menginjak usia 50 tahun tenaga nya yang sudah berkurang. Sedangkan Usia Syabil semakin bertambah dengan berat badannya yang semakin besar, namun hal itu tetap harus Pak Muhyidin lakukan untuk keponakanya.
Karena Syabil tidak punya kursi roda untuk berkegiatan diluar rumah, untuk dirumah saja ia harus jalan dengan lututnya hingga bengkak dan terluka.
“Saya gak tega Pak jika harus membiarkan Syabil jalan dengan lututnya, kalau keluar rumah, bukan apa-apa, lututnya tu sampe bengkak kehitaman atau baret, makanya Syabil suka merasa kesakitan, jadi gak kebayang jika Saya ngebiarin Syabil harus jalan kaki gunain lututnya jika keluar rumah…” ucap Pak Muhyidin.
Tentunya melihat kondisi seperti ini Pak Muhydin berharap jika Ayahnya Syabil yakni Pak Eli bisa mencari nafkah di Bandung saja dekat dengan keluarga. Bukan apa-apa selain karena usia Pak Muhyidin yang semakin tua dengan tenaga yang semakin melemah tentunya agar Pak Eli bisa merawat secara langsung kedua Anaknya tertutama Syabil yang masih tergantung sama orang lain.
Syabil juga masih membutuhkan pengobatan, namun apalah daya keinginan tetaplah keinginan sebab Pak Eli tak memiliki modal usaha jika harus dekat dengan keluargnya sebab dijakartapun Ia berjualan punya orang lain.
"Saya mau gak mau harus kerja di Jakarta, karena kalau disini saya harus kerja apa…buka usaha, modal saja Saya gak punya! kadang saya pulang ke rumah hanya ingin melihat mereka, terutama melihat kondisi Syabil, so’alnya disana Saya titipin ke Kakak sebab Ibunya sudah gak ada karena sudah cerai…” ujar Pak Eli melalui sambungan telepon.
Terakhir kali Syabil diobati secara medis pada usia 4 tahun namun hingga kini sudah tidak pernah lagi berobat Karena keterbatasan biaya, Pak Muhyidin yang merawat Syabil hanya bisa membawa sang keponakanya itu ke pengobatan tradisional saja dan itupun jarang sekali, jika Syabil sudah merasakan rasa Sakit dan pegal dikaki nya baru melakukan pengobatan tradisional dengan biaya sekitar 35 ribu untuk sekali pijit.
Meski kehidupan Syabil harus dijalani dengan Susah payah penuh dengan perjuangan Namun Ia tak pernah mengeluh sedikitpun bahkan Ia semakin termotivasi tertuama dalam hal Shalat dan sekolah, makanya Ia begitu rajin belajar sehingga tak jarang Ia sering masuk rangking 4 besar dikelasnya.
"Abil selalu berdo’a ma Allah Subhanahu Wata’ala minta agar Bapak ma Paman selalu sehat dan dilimpahkan Rezeki…. Sama semoga Syabil bisa sembuh, bisa berjalan seperti yang lainnya…". Do’a Syabil.
Jika ada rezeki Pak Eli berharap sekali mempunyai usaha kecil-kecilan di rumah, agar Ia dapat merawat kedua Anaknya dan mengobati Syabil. Selain itu Pak Muhyidin juga ingin sekali membelikan Syabil kursi roda agar keponakannya tersebut bisa berkegiatan keluar rumah tanpa harus digendong, terutama jika saat akan mengaji atau akan melaksanakan Shalat ke Masjid dekat rumahnya. SahabatK, Yuk! Kita bantu wujudkan harapan Ayah dan Paman nya Syabil tersebut dengan ikut bersedekah melalui galang dana ini.
Disclaimer: Dana yang terkumpul akan digunakan untuk pemenuhan kebutuhan kesehatan Syabil, Pemenuhan penunjang kesehatannya, Pemenuhan penunjang Pendidikannya, Modal usaha untuk Pak Eli serta Pak Muhyidin dan jika terdapat kelebihan dana, akan digunakan untuk pemenuhan kebutuhan para penerima manfaat dan Program-program lainnya yang berada dibawah naungan Yayasan Sinergi Kebaikan Ummat.
BANTU! TUKANG OJEK LANSIA MERAWAT KEPONAKAN YANG LUMPUH
terkumpul dari target Rp 50.000.000