PAK SWARA MEMPERJUANGKAN HIDUP KELUARGANYA, MESKI DENGAN KONDISI LUMPUH
terkumpul dari target Rp 45.000.000
Bagaimana Ia kabur dari orang yang membawanya hanya untuk mengemis, untuk berlari saja tidak bisa…
Bahkan Beliau sampai menangis karena tidak ridho jika Anak Istrinya harus dikasih makan hasil dari mengemis!
“ Saya tidak pernah merasa Ridho Pak jika Anak ma Istri Saya harus dikasih makan dari uang hasil ngemis… nangis Saya waktu itu sangking gak mau ngemis…” cerita Pak Swara.
Lahir dengan kondisi Cacat seperti kaki berukuran kecil yang tak bisa diluruskan dan lumpuh (kaki sebelah kanan) Pak Swara (48 tahun) hanya bisa berjalan dengan mengangkat tubuhnya sambil memegang salah satu kaki sebelah kiri oleh tangan sebelah kanan sedangkan tangan kirinya menopang tubuhnya dan kaki sebelah kanan menyeret tubuhnya, rumit memang hanya untuk berjalan saja namun itu lah hidup yang harus Ia jalani dalam hidupnya yang beberapa kali lebih berat dari kebanyakan orang yang normal, namun hal itu tidak membuatnya pantang menyerah terutama dalam bekerja mencari nafkah untuk Anak serta Istrinya.
Keseharian Beliau dilalui nya dengan penuh semangat tanpa menghiraukan apa yang dikatakan orang lain terhadap kondisi tubuhnya, karena Ia sadar ada yang lebih penting dari pada ngurusin omongan orang lain yakni mengurusi kebutuhan hidup keluarganya, makanya Beliau memiliki mental sekuat baja dibandingkan kita yang normal.
Pak Swara sendiri bekerja sebagai pengrajin kurung Ayam di Rumahnya, Ia bekerja tergantung dari ada atau tidaknya pesanan pembuatan kandang ayam,
“ Ya kalau lagi rame bisa setiap hari Saya bekerja Pak, gak ada liburnya dari jam 6 pagi sampai malam, tapi kalau lagi sepi seperti ini ya gini Saya kebanyakan diem,,, Sebenarnya untuk pesanan banyak tapi untuk modal beli bahan kayu bambu nya Saya gak punya uang Pak, jadi Saya terima pesanan sesuai dengan apa yang Saya mampu, ini juga Saya ngerjain pesanan dari bahan bambu sisa dari pesanan sebelumnya…” ujar Pak Swara.
URGENITAS: Ditengah keterbatasan tubuhnya Pak Swara sangat membutuhkan modal usaha pembuatan Kandang Ayam di rumahnya, agar Ia bisa mendapatkan penghasilan yang maksimal, sehingga bisa memenuhi kebutuhan hidup keluarga dan juga bisa membiayai sekolah Anaknya.
Dalam satu hari Beliau bisa menyelesaikan 2 kurung ayam ukuran kecil dengan setiap kurung ayam dibandrol harga Rp. 70 ribu/ kandang dan setelah dipotong biaya bahan Pa Swara hanya bisa mengantongi keuntungan sebesar 30 ribu/ kurung, penghasilan perharinya 60 ribu jika 2 kurung ayam di selesaikan, namun kadang setelah kurung Ayam selesai Beliau tidak langsung mendapatkan bayaran dari pemesan, namun harus terjual dulu kurung ayam tersebut oleh pemesan barulah Pak Swara dibayar, padahal tak jarang jari jemari tangan Pak Swara tergores sampai berdarah dan membekas tak kala dia sedang mengayam kandang ayam tersebut.
Jelas dengan system pembayaran seperti itu, ditambah saat ini Pak Swara tidak bisa memenuhi pesanan yang datang karena ketiadaan modal, cukup mempersulit dalam memenuhi kebutuhan hidup kleuarganya, tetapi Ia tak memiliki pilihan lain untuk mendapatkan uang meski terkadang Ia pun menjadi tukang sol sepatu dadakan dengan upah 15 ribu/pasang sepatu jika ada tetangganya yang ingin mensol sepatunya.
Hal ini membuat Istrinya yakni Bu Rohana (40 tahun) ikut bekerja sebagai buruh cuci setiap seminggu 2x dengan upah sekali disuruh hanya 50 ribu, hal ini Beliau lakukan demi membantu suaminya dalam memenuhi kebutuhan keluarga.
“ Gak apa-apa Pak Saya ikut cape banting tulang untuk makan, yang terpenting hasil uang nya bukan dari ngemis tapi hasil dari keringat sendiri..” ucap Bu Rohanah.
Saat ini Pak Swara dan Bu Rohanah beserta Anaknya yang bernama Angga (15 tahun) tinggal di rumah hasil dari bantuan program Rutilahu (Rumah Tidak Layak Huni) pemerintah, Angga sendiri saat ini harus nya Sekolah SMA namun karena Ia merasa kasihan kepada kedua Orang tuanya yang tidak memiliki biaya untuk memasukannya ke sekolah, Ia pun tidak mau memaksa orang tuanya tersebut, justru Angga ingin sekali bisa membantu perekonomina keluarganya dengan bekerja sebagai buruh bangunan,
“ Ingin sich Sekolah, tapi Saya kasihan Pak sama bapak, sama Ibu jika maksa harus masukin Angga sekolah, makanya Angga sekarang gak sekolah milih kerja aja buat bantuin bapak nyari uang dengan jadi buruh tukang bangunan, Alhamdulilah sehari kadang dapat 70 ribu atau 100 ribu tapi tu juga kalau sedang ada yang nyuruh aja…” ucap Angga.
URGENITAS: Angga ingin sekali bisa melanjutkan Sekolahnya, namun karena ketiadaan biaya dan merasa kasihan terhadap Orang tuanya sehingga Ia pun berhenti sekolah demi membantu perekonomian keluarganya dengan bekerja sebagai buruh bangunan.
SahabatKu Pak Swara merupakan 1 dari ribuan pejuang nafkah Disabilitas, meski dengan segala keterbatasnya namun beliau masih mau menanggung beban sebagai kepala rumah tangga, melalui penggalangan dana ini mari kita bantu ringankan Beban hidup keluarga Pak Swara dan keluarga penerima manfaat lain nya yang memiliki kondisi sama seperti keluarga Pak Swara.
Dan jika SahabatKu memiliki informasi tentang orang yang perlu kami bantu dalam pembuatan galang dana seperti Pak Caswara bisa menghubungi Kami Yayasan Sinergi Kebaikan Ummat melalui Nomor Whatsapps berikut ini :
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak manfaatnya bagi manusia”_ (HR. Ahmad).
Disclaimer: Dana yang terkumpul akan digunakan untuk modal usaha Pa Swara, biaya pendidikan Angga, pemenuhan kebutuhan bulanan keluarga Pak Swara, Pemenuhan dana kesehatan Pak Swara dan jika terdapat Kelebihan dana akan digunakan untuk membantu pemenuhan kebutuhan para penerima manfaat lain nya serta Program Kebaikan lain nya yang berada dibawah naungan Yayasan Sinergi Kebaikan Ummat.
PAK SWARA MEMPERJUANGKAN HIDUP KELUARGANYA, MESKI DENGAN KONDISI LUMPUH
terkumpul dari target Rp 45.000.000