YUK BANTU! PENJUAL SAYUR TANPA KEDUA TANGAN NAFKAHI 5 ANAKNYA
terkumpul dari target Rp 40.000.000
Pak Jajang (41 tahun), sebelumnya berprofesi sebagai buruh bangunan. Namun, 3 tahun lalu Pak Jajang mengalami kecelakaan kerja. Beliau tersengat listrik bertegangan tinggi sehingga membuatnya harus kehilangan kedua tangannya dan sebagian tubuhnya mengalami luka bakar, terutama pada bagian kaki sebelah kiri, muncul benjolan-benjolan di beberapa bagian tubuhnya.
Musibah tersebut, terjadi pada saat Pak Jajang dan anaknya yang pertama, Ardi tengah bekerja di daerah Kab Sumedang. Saat itu, Pak Jajang sedang mengangkat baja ringan, namun ujung bagian atas baja menempel ke kabel listrik yang bertegangan sangat tinggi hingga membuat tubuhnya tersengat dan terpental kurang lebih 5 meter dari ketinggian 4 meter.
Beruntung, tubuh Pak Jajang tidak jatuh langsung ke tanah, tubuhnya tertahan oleh tubuh Ardi yang saat itu kebetulan sedang mengaduk pasir dibawah.
Pak Jajang masih mengingat betul kejadian itu, "Saya tersengat jam setengah 2 siang di hari Jumat, malamnya, setelah Isya saya langsung pulang ke Garut.", ungkap Pak Jajang saat menceritakan kejadian kala itu.
Akibat dari sengatan listrik tersebut, kedua tangan Pak Jajang hangus terbakar, bagian betis kaki sebelah kanan dan ketiak serta pundaknya pun mengalami luka bakar. Titik-titik sendi tubuhnya keluar cairan bahkan terdapat benjolan-benjolan berisi air yang disebabkan sengatan listrik saat itu.
Setelah kejadian tersebut, Pak Jajang pun langsung dilarikan ke rumah sakit terdekat oleh rekan rekannya untuk mendapatkan pertolongan. Namun, Pak Jajang bersikeras ingin pulang ke rumahnya di Garut karena teringat anak dan Istrinya di rumah. Padahal, dokter mengatakan luka akibat sengatan listriknya itu sangat parah. Bahkan, kedua tangannya tidak akan pulih seperti sedia kala dan jika dibiarkan, kedua tangannya tersebut lama kelamaan akan membusuk hingga menjalar ke bagian tubuhnya yang lain sehingga diharuskan amputasi.
Pak Jajang sempat menolak. Ia membayangkan jika kehilangan kedua tangannya bagaimana bisa ia menafkahi keluargany. Namun, jika tidak dilakukan amputasi, nyawanya terancam akibat kedua tangannya yang akan membusuk dan menjalar ke seluruh tubuhnya.
"Begitu sampai rumah, istri saya kaget sampai pingsan Pak. Anak-anak yang di rumah pun pada nangis lihat kondisi saya. Bahkan anak saya yang ikut kerja, Ardi, setelah mengantarkan ke rumah dia gak mau ketemu saya lebih dari 4 bulan. Ardi lebih pilih tinggal di rumah neneknya. Saat Istri tanya kenapa gak mau ketemu saya, Ardi jawab katanya trauma kalau lihat saya dengan kondisi seperti itu sambil nangis.", ujar Pak Jajang.
Setelah 5 bulan kemudian, akhirnya kedua lengan Pak Jajang diamputasi.
"Awalnya, saya belum bisa terima kalau harus kehilangan dua tangan saya. Tapi karena Istri saya membujuk dan meyakinkan saya kalau rezeki itu datangnya dari Allah. Asalkan shalat tepat waktu, selalu berdo’a dan yakin sama Allah kalau setiap Ikhtiar kita tidak akan sia-sia, akhirnya saya ikhlas, buat apa juga menolak takdir, ikhlaskan aja", lirih Pak Jajang.
Kini, 3 tahun berselang, Pak Jajang mencoba bangkit berjualan sayur hingga perkakas dengan berkeliling. Pak Jajang berusaha agar tetap dapat menghidupi 5 orang anak dan istrinya serta kucing kesayangannya yang saat ini baru melahirkan 5 ekor anak kucing.
Hampir setiap hari, Pak Jajang berjualan sayur dan perkakas dari jam 6 pagi sampai jam 3 sore. Ia berkeliling berjalan kaki dari satu kampung ke kampung lain sejauh 14 kilometer.
"Ya Alhamdulillah, hasil dari jualan mah ada 20 sampai 30 ribu sehari, gak menentu juga Pak. Tapi masalahnya saya gak tiap hari bisa jualan, karena sayuran dan perkakas yang saya jual cuma titipan orang, jadi tergantung kalau ada yang nitip bisa jualan tapi kalau tidak ada yang nitip ya tidak jualan. ", Ungkap Pak Jajang.
“Kesulitannya kalau jualan ya itu Pak. Setiap ada yang mau beli, ga bisa maksimal saya layani. Pembeli harus ambil, bungkus dan bawa sendiri. Uangnya juga pembeli harus simpen di saku saya. Kalau kasih uang kembalian itu yang repot.’, ujarnya.
istri Pak Jajang, Bu Ani begitu merasa tidak tega dan sangat khawatir terhadap keselamatan suaminya. Selain karena tak tega melihat Pak Jajang harus menempuh jarak yang cukup jauh dengan berjalan kaki sambil membawa barang dagangan yang begitu berat, Ia juga khawatir suaminya itu terjatuh, sebab jika terjatuh Pak Jajang tak akan mampu menopang dirinya dengan dua tangannya. Sempat beberapa kali Bu Ani mendapati Pak Jajang terluka saat pulang ke rumah karena terjatuh saat berjualan yang mengakibatkan beberapa bagian tubuhnya luka-luka.
"Saya mah pengennya kalau memang ada modal mau buka warung sayur sembako aja di rumah. Biar suami (Pak Jajang) gak usah keliling jauh-jauh, kasian. Gak tega juga Pak, apalagi harus jalan jauh sambil pikul barang jualan yang berat banget, ke sayanya juga jadi gak tenang, khawatir terus Pak, saya gak fokus ngurus anak-anak di rumah.", ucap Bu Ani.
Tentu tidak mudah bagi Pak Jajang berjualan di tengah keterbatasan fisiknya itu. Namun, Pak Jajang pantang menyerah untuk dapat tetap menafkahi keluarganya itu. Ia selalu mengingat ada 5 anak dan Istrinya yang harus dinafkahi, apalagi sebagai kepala keluarga, Pak Jajang tak ingin kelihatan tak berdaya di hadapan keluarganya dan malah menjadi beban untuk mereka.
SahabatKU, ayo bersamai Pak Jajang, kuli bangunan yang kehilangan dua tangan karena tersengat listrik dan saat ini menjadi tukang sayur serta perkakas keliling untuk menghidupi keluarganya. Melalui laman galang dana ini, ayo bersama bantu berikan modal usaha, dana kesehatan serta pemenuhan kebutuhan harian keluarganya.
Disclaimer:
Dana yang terkumpul nantinya akan digunakan untuk bantuan modal usaha Pak Jajang dan membantu memenuhi kebutuhan harian beserta tunjangan hidup lainnya. Apabila nantinya terdapat kelebihan dana, sebagian dana tersebut akan dialokasikan untuk keperluan penerima manfaat lain di bawah naungan Yayasan Sinergi Kebaikan Ummat
YUK BANTU! PENJUAL SAYUR TANPA KEDUA TANGAN NAFKAHI 5 ANAKNYA
terkumpul dari target Rp 40.000.000