PEMULUNG LANSIA MAKAN SISA MAKANAN DARI TEMPAT SAMPAH
terkumpul dari target Rp 45.000.000
Tubuhnya kurus, dengan posisi tubuh sudah tidak tagap (bungkuk) lagi dan berjalanpun tertatih-tatih seakan kecapean karena sudah berjalan jauh seharian.
Namanya Mak Ai (55) kesehariannya bekerja sebagai pemulung, sambil berjalan kaki Ia menggendong karung seberat 3 kg berisikan barang rongsokan, mungkin untuk usia yang sudah lanjut seperti Mak Ai dengan beban segitu cukuplah berat ditambah Ia harus berjalan kaki sejauh kurang lebih 11 km, padahal penghasilan dari memulung cuma 15nribu itupun perbulan.
Dari penghasilan segitu jelas sangat tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari Mak Ai, termasuk tidak bisa membiayai suaminya Abah Atma (64 tahun) untuk berobat karena mengidap Stroke akibat dari tersengat Listrik 2 tahun yang lalu, sehingga untuk berjalan saja Abah tidak bisa, sampai harus menggunakan tongkat, namun sayang tongkat yang biasa Ia gunakan sebagai alat bantu satu-satunya untuk jalanpun patah.
Abah berharap sekali memiliki kursi roda agar bisa memudahkan Ia dalam beraktivitas sehingga tidak harus merepotkan istrinya Mak Ai, terutama jika Abah ingin ke depan rumah untuk menghirup udara segar jika merasa sumpek karena harus beridam diri dikamar terus.
Namun jangankan buat membeli kursi roda ataupun tongkat untuk makan saja Mak Ai harus mengambil dari tempat sampah sisa-sisa makanan karyawan sebuah pabrik yang dibuang, kemudian makanan tersebut Ia bagi dua sebagian Mak makan dijalan saat sedang mulung dan sebagian lagi Ia bawa pulang untuk makan Abah Atma, tentu hal ini sangat memprihatinkan sekali. Bahkan tak jarang mereka tidak makan pada sore atau malam hari jika makanan yang Mak Ai temukan di tempat sampah cuma sedikit.
Saat Ini Mak Ai dan Abah Atma hanya tinggal berdua saja disebuah petak rumah, dengan kondisi yang amat sangat mengkhawatirkan terutama pada bagian Dapur yang berdindingkan terpal, lantainya pun hanya tanah, serta tidak memiliki toilet sehingga jika mau mencuci baju atau piring Mak melakukannya dipinggir rumah dengan torn sebagai sumber air yang sudah Ia tampung sebelumnya yang Ia dapat dari pemberian tetangganya, sedangkan atap bagian depan rumah sudah diganjal menggunakan sebatang bambu yang sudah kropos, dan yang paling membuat hati Mak Ai was-was jika terjadi hujan lebat dengan disertai angin kencang Ia khawatir bisa mengakibatkan rumah satu-atunya itu roboh hingga menimpa keduanya,
“Ahh.. Pak bade ngalih kamana, da mung ieu bumi hiji-hijina, sakieu ge tos Alhamdulillah Emak sareung Abah aya tempat kanggo ngiuhan… nya oge mun hujan ageung Emak mah sok geugeubeugan sok aya ue emutan kumaha ieu bumi mun ambruk, sedangkeun Abah teu tiasa lumpat…” ujar Mak Ai.
Abah Atma dan Mak Ai sebenarnya memiliki 2 orang Anak, namun mereka sudah pada nikah dan hidup tinggal terpisah dengan jarak yang cukup jauh, belum lagi kondisi perekonomian kedua anaknya sama seperti mereka berdua sehingga jarang sekali kedua anaknya tersebut datang untuk menjenguk Abah serta Emak, terakhir mereka datang waktu lebaran Idul Fitri kemarin, Mak Ai sangat mengerti dengan kondisi anak-anaknya tersebut namun kadang Abah yang suka menangis jika ditanyai tentang anak-anaknya itu, menurut Emak Abah hanya merasa kesepian saja.
Meski demikian Abah Atma dan Mak Ai tidak pernah mau menjadi beban bagi kedua Anaknya, makanya Mak ataupun Abah tidak pernah meminta ataupun mengeluh segala kesusahan hidup mereka berdua pada anak-anaknya itu dan sampai detik inipun Mak masih berjuang keras mempertahankan hidupnya termasuk menafkahi Abah Atma yang sedang sakit stroke, dengan berharap bisa mengobati penyakit suaminya itu hingga sembuh.
Tidak Pernah terbayangkan bagaimana beratnya beban hidup yang Mak Ai tanggung disaat usianya sudah senja seperti saat ini, harus banting tulang dengan penghasilan yang tidak seberapa demi menghidupi dirinya sendiri dan menafkahi serta merawat suaminya yang tidak berdaya karena penyakit yang di idapnya.
SahabatKu tak ada hari tua dan istirahat bagi Mak Ai serta Abah Atma, terutama bagi Mak Ai setiap hari Ia dipaksa harus merasa muda terus dengan pekerjaanya yang begitu berat, sebab Jika Ia tak kerja, entah bagaimana mereka mencukupi kebutuhan hidup mereka, Semoga melalui galang dana ini kita bisa memaksa mereka untuk beristirahat di hari tuanya dengan memberikan modal usaha sehingga Mak Ai tidak harus bekerja lebih keras lagi dibawah terik panas matahari dan tidak memungut lagi sisa-sisa makanan di tempat sampah hanya untuk memberi makan Abah Atma serta dirinya, selain itu melalui galang dana ini berharap Kita juga bisa membantu merenovasi rumahnya, membiayai berobat Abah Atma, memenuhi segala penunjang kesehatanya dan kebutuhan bulananya.
Disclaimer: Dana yang terkumpul akan digunakan untuk modal usaha Mak Ai, biaya pengobatan Abah Atma, pemenuhan kebutuhan bulanan, renovasi rumah dan jika terdapat kelebihan dana akan digunakan untuk memenuhi segala kebutuhan para Dhuafa serta Program lainya yang berada dibawah naungan Yayasan Sinergi Kebaikan Ummat.
PEMULUNG LANSIA MAKAN SISA MAKANAN DARI TEMPAT SAMPAH
terkumpul dari target Rp 45.000.000