23 TAHUN, PASANGAN LANSIA RAWAT ANAKNYA YANG LUMPUH OTAK
terkumpul dari target Rp 110.000.000
"Yaa... Begini aja sih pak sehari-hari hanya ngurus Kia, karena emang udah gak bisa apa-apa. Paling gendong Kia aja melihat mobil lalu lalang dijalan karena cuma itu hiburan yang Gratis tanpa mengeluarkan uang, paling pinggang saya aja yang sakit karena kan harus gendong kia, yang semakin kesini semakin beretambah usianya." ungkap Abah Kosasih.
Abah Kosasih seorang lansia berusia 70 tahun merupakan Ayah dari Rizkia Aulia yang menderita penyakit Kelumpuhan Saraf Otak, diusianya yang sudah tidak lagi muda dan seharusnya sudah tinggal menikmati masa senjanya kini harus sangat bersabar menerima takdir bahwa Pak Kosasih harus selalu ada di samping Kia (panggilan Rizkia Aulia) setiap waktu akibat dari penyakitnya itu.
Usia Kia saat ini sudah menginjak 23 tahun, harusnya diusia segitu Kia sudah mandiri bahkan bisa membantu perekonomian keluarganya, namun sampai detik ini kondisinya hanya bisa berbaring saja tanpa bisa berkegiatan apapun karena mengalami kelumpuhan disekujur tubuhnya, kemampuan indra sarafnya juga hanya berfungsi pada bagian pendengaran dan penglihatan saja, itu pun hanya dari jarak yang dekat. Akibatnya Ia masih tergantung pada orang lain terutama pada Abah Kosasih sebagai orang tuanya, yang kini harus berdiam di rumahnya saja nemani dan merawat Kia padahal usianya Abah Kosasih sudah lanjut usianya.
"Dulu sih jualan Wajit Pak, kalau sekarang ya begini aja ngurusin sama ngasuh Kia. Apalagi Kia sukanya lihat mobil lalu lalang dijalan." ujar Abah Kosasih.
Selain alasan Kia yang membutuhkan perhatian khusus karena kondisinya, Abah Kosasih juga tidak berjualan lagi Wajit karena kondisi tubuhnya yang tidak kuat lagi, akibat penyakit Prostat yang saat ini Ia derita. Selain itu keterbatasan ekonomi juga berpengaruh pada kondisinya saat ini, sebab sudah lama Abah kosasih tidak pernah mengobati penyakitnya tersebut begitupun dengan Kia yang sudah bertahun-tahun tidak melakukan lagi pengobatan, namun untuk obat sayarafnya Ia masih mengkomsumsinya sampai saat ini kalau tidak tubuh kia dipastikan kejang-kejang. Sehingga jangankan untuk berobat, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari pun sangat sulit karena uang yang dimiliki digunakan untuk memenuhi kebutuhan obat-obatan Kia.
"Buat obat syaraf totalnya 390 ribu/ bulan pak, belum ongkos buat pergi ke Bandung tebus obat itu bisa habis 150 ribu pulang pergi pak, ditambah biaya kontrol perkembangan Kia 300 ribu/ 3 bulan sekali pak, kalau gak dikasih obat, Kia bisa sampai kejang-kejang pak dan syarafnya semakin mengeras yang membuat tubuhnya menjadi semakin kaku." ungkap Abah Kosasih.
Dilihat dari kondisi tempat tinggal keluarga Abah Kosasih dan perabotan rumah tangganya, keadaan ini diperparah dengan letak posisi rumah Abah Kosasih yang berada di daerah rawan banjir, sehingga membuat kondisi mereka semakin sulit, dalam satu tahun rumahnya bisa sampai 6x terkena banjir dengan ketinggian banjir 3 meter, hal ini bisa terlihat dari dinding rumahnya yang terdapat garis bekas air banjir, bahkan perabotan rumah tangga dan peralatan untuk membuat kue basah milik Mak Mimin (Istrinya Abah Kosasih) pun ikut rusak dan hilang karena hanyut terbawa banjir, akibatnya saat ini Mak Mimin hanya bisa membuat olahan kue basah dengan peralatan seadanya.
Selama ini Abah Kosasih dan keluarga hanya mendapatkan biaya hidup dari sanak keluarganya saja, dan itupun tidak selalu ada yang memberi setiap bulannya.
"Paling dari Istri Saya sih Pak untuk makan, ya itu juga seadanya hasil dari orderan bikin kue basah" ujar Abah Kosasih kembali.
Mak Mimin berusia 53 tahun, seorang ibu rumah tangga yang kini harus banting tulang membantu Abah Kosasih dalam mencari pundi-pundi rupiah untuk kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan obat Kia dengan cara menerima orderan membuat kue pernikahan.
"Gak setiap hari ada orderan pak... Bisa dihitung juga pak perbulan paling Cuma 2 orderan, bahkan seringnya gak ada sama sekali" ujar Mak Mimin.
Melalui keterampilanya dalam membuat kue basah, Mak Mimin berharap bisa memiliki usaha jualan kue basah, namun harapannya itu harus pupus, sebab selain karena tidak memiliki modal usaha, juga karena peralatan yang sebelumnya Ia miliki telah rusak atau bahkan hilang terbawa arus akibat banjir yang dialaminya
"Pengen mah punya Mixer lagi kalau ada rezekinya, agar bisa mempercepat dalam membuat kue basah... jadi biar cepet untuk dijual, dengan begitu cepet juga dapat penghasilanya untuk makan Pak... Kasian sama Kia, apalagi sekarang kondisi Abah yang udah tua, jadi sudah gak kuat buat kerja, malu juga kami sama saudara kalau keseringan dikasih Pak" ungkap Mak Mimin.
SahabatKU... Maukah kalian membantu meringankan perjuangan Abah Kosasih dan Mak Mimin yang sudah lansia dalam merawat anak semata wayangnya Kia yang mengalami kelumpuhan diseluruh tubuhnya. Yuk! Kita sedikit ringan pundak mereka dengan cara membantu mengabulkan keinginan mereka demi dapat terus memberikan kasih sayang untuk anaknya tersebut, dengan berdonasi dalam penggalangan dana ini.
Disclaimer: Dana yang terkumpul akan digunakan untuk modal Usaha Mak Mimin, pemenuhan kebutuhan dana Kesehatan Kia, pemenuhan kebutuhan bulanan dan jika terdapat kelebihan dana akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan para Dhuafa serta Program-program lainnya yang berada dalam naungan Yayasan Sinergi Kebaikan Ummat.
23 TAHUN, PASANGAN LANSIA RAWAT ANAKNYA YANG LUMPUH OTAK
terkumpul dari target Rp 110.000.000