BANTU BURUH JAHIT DIFABLE MENGHIDUPI 2 KEPONAKAN
terkumpul dari target Rp 40.000.000
Pesimis terhadap nasib nya akan seperti apa setelah memiliki satu kaki?, sempat kecewa, frustasi dan minder, itulah yang rasakan oleh Gumilar (32 tahun) lelaki disabilitas yang berprofesi sebagai tukang jahit. Namun ia sadar, ia harus tetap melanjutkan hidupnya demi kedua Keponakan nya yang ditinggal Orangtua nya merantau jauh, meski ia tau hal itu tidak akan mudah.
Gumilar kehilangan kedua orangtuanya sejak kecil, Ayahnya meninggal Ketika ia menginjak kelas 2 SMP, Ibunya meninggal ketika ia usia 20th dan hidupnya menjadi semakin terpuruk ketika dia menderita kanker tulang di salah satu kakinya.
Awalnya ia mengalami kecelakaan motor yang menyebabkan kakinya berbenturan dengan ban mobil, setelah menjalani pengobatan dan perawatan kakinya dinyatakan sembuh oleh dokter. Namun tidak lama setelah itu tiba tiba ia merasa kakinya sakit kembali, awalnya dikira bekas tabrakan tapi hasil pemeriksaan dokter menyatakan ia mengidap kanker tulang.Total sudah menjalani 5 kali operasi dan sudah dipasang Pen ( Besi ). Meski demikian rasa sakit nya tidak kunjung hilang , infeksi sudah mulai menjalar ke lutut. Kang Gumilar harus melewati hari harinya dengan menahan rasa sakit yang sangat menyiksa, sampai harus menelan obat Pereda nyeri setiap 1 jam sekali, dalam sehari bisa lebih dari 10 tablet obat ia minum, hal itu menyebabkan ia menderita lambung dan tubuhnya bengkak bengkak sebagai tanda bahwa ginjalnya pun sudah mulai tidak mampu menerima obat obatan tersebut.
Karena kondisi kesehatannya yang semakin memburuk, dan rasa sakit yang sudah tidak bisa ditahan lagi, Gumilar akhirnya memutuskan untuk menjalani amputasi untuk menyelamatkan hidupnya. Sempat mengalami penolakan dari saudara terdekat dan dari dokter karena Syaraf Motorik kaki masih baik dan bisa dipertahankan, namun Gumilar tetap pada pendiriannya. Meskipun amputasi tersebut berhasil menghentikan penyebaran kanker, namun akibatnya Ia hanya memiliki satu kaki sehingga harus kehilangan kemampuan untuk berjalan secara normal.
Setelah kehilangan satu kaki sebelah kananya awalnya Ia Kebingungan, Minder dan Pesimis untuk menjalani hidup kedepanya, akan tetapi ditengah keterpurukannya tersebut Ia beruntung memiliki teman yang baik yang mau meminjamkan mesin jahitnya sekaligus memberikan Ia orderan menjahit kepadanya.
“saat ini saya hanya bisa bikin topi saja, ga bisa nerima orderan dari orang lain karena ini mesinnya punya temen”
Gumilar memiliki kemampuan dalam menjahit pakaian, sebab dulu Kang Gumilar pernah bekerja di Pabrik Garmen, tentu dengan sedikit keahlian nya ini telah memberi secercah harapan dalam kondisi sulit seperti saat ini, tanpa pikir panjang Ia pun memutuskan untuk mencari nafkah dengan keterampilan menjahit yang dimilikinya. Meskipun upah dari menjahit yang ia terima hanya Rp.700 dari 1 buah topi, sedangkan dalam seminggu pendapatanya hanya 200 sampai 250 ribu saja, padahal Ia setiap hari menjahit dari jam 06 pagi sampai 10 malam, dan akan berhenti menjahit jika akan melaksanakan shalat, makan atau jika sudah selesai mengerjakan orderan menjahit nya itu, meski dengan pekerjaan yang tiada henti dengan penghasilan yang kecil namun Gumilar sangat bersyukur atas Rezeki yang Ia dapatkan dari pekerjaan nya sebagai buruh jahit, sebab dari hasil pekerjaan nya menjahit tersebut Gumilar dapat menghidupi dirinya sendiri beserta kedua keponakan yang Ia rawat meski ditengan serba kekurangan dengan segala keterbatasan nya.
Saat ini Gumilar dan kedua keponakanya yakni Sapira (15 tahun) dan Iqbal (9 tahun) tinggal bersama dirumah usang warisan dari Orangtua nya, kedua keponakannya tersebut Ia rawat sejak kakaknya (Orang tua keponakannya) memutuskan untuk merantau jauh bekerja, otomatis saat ini kedua keponakan nya ini menjadi tanggung jawab Gmuliar sepenuhnya. Makanya kenapa Ia harus berjuang keras ditengah keterbatasan tubuhnya demi untuk memenuhi kebutuhan mereka, dari mulai memenuhi makanan nya, kebutuhan hidup nya, bayar bulanan listrik hingga memastikan mereka bisa terus melanjutkan sekolah nya. Meski tak dipungkiri terkadang orang tua keponankanya itu mengirimi uang namun dengan nominal yang kecil dan kadang ngirim, terkadang tidak.
Ditengah kondisi keterbatasan gumilar yang hanya memiliki 1 kaki, kedua keponakan nya itupun menyadari dan memahami kesulitan serta beban paman nya tersebut dalam bekerja mencari nafkah untuk menghidupi mereka berdua, sehingga Sapira dan Iqbal tak jarang mau membantu pekerjaan Paman nya tersebut, seperti Sapira sering membantu memotong benang dan merapihkan hasil jahitan. Sementara Iqbal tak jarang membantu memijit tubuh Gumilar yang pegal karena harus bekerja seharian menjahit.
Gumilar tidak pernah mengeluhkan nasibnya. Meskipun menghadapi banyak cobaan, dia tetap bersyukur bisa hidup dan bekerja. Keterampilan menjahitnya tidak hanya menjadi sumber penghasilan, akan tetapi juga menjadi cara baginya untuk menyalurkan kreativitas dan mengisi waktu dengan sesuatu yang bermanfaat.
Harapan terbesar Gumilar saat ini adalah memiliki mesin jahit sendiri sehingga dia bisa menerima orderan dari manapun tanpa harus tergantung dari satu orang teman nya itu, dengan begitu akan meningkatkan penghasilan nya. Gumilar sudah berusaha menabung untuk beli mesin jahit, namun karena untuk kebutuhan sehari hari dan biaya sekolah kedua keponakannya itu, uang nya ga pernah terkumpul,
“hanya cukup buat makan dan bekel sekolah keponakan saja “ ujar Gumilar
Meskipun hidup Gumilar mungkin tidak seindah kebanyakan orang lain, kekuatannya dan ketulusannya dalam menghadapi semua itu menginspirasi banyak orang di sekitarnya. Karena di balik semua penderitaan dan kesulitan yang dialaminya, Gumilar tetap mempertahankan semangat hidup dan kasih sayangnya kepada keponakan-keponakannya.
SahabatKU! mari kita wujudkan cita cita kang Gumilar yang ingin memiliki mesin jahit baru agar kehidupan nya bisa terus membaik. Kebutuhan Sekolah kedua keponakan nya bisa tercukupi.
Disclaimer : Dana yang terkumpul akan digunakan untuk Modal Usaha, pengadaan mesin jahit, kebutuhan hidup sehari hari kang Gumilar, dan untuk biaya sekolah keponakan nya. Jika ada kelebihan dana maka akan dialokasikan untuk Program lain nya yang ada di Yayasan Sinergi Kebaikan Ummat.
BANTU BURUH JAHIT DIFABLE MENGHIDUPI 2 KEPONAKAN
terkumpul dari target Rp 40.000.000