GRATISKAN SERVICE UNTUK MASJID, TUKANG SERVICE ELEKTRONIK DIFABEL BERJUANG SEBATANG KARA
terkumpul dari target Rp 35.000.000
Tukang service elektronik keliling itu bernama Supriatin atau lebih dikenal warga sekitar dengan panggilan Mpim (41 tahun). Seorang difabel sebatang kara yang berjalan hanya menggunakan satu kakinya. Dari kedua tangannya, Mpim juga hanya memiliki 5 jari.
Banyak pengurus masjid yang meminta jasanya untuk memperbaiki pengeras suara atau alat elektronik milik masjid. Mpim selalu tidak pernah memungut biaya sepeserpun untuk memperbaiki alat inventaris masjid, dengan alasan Ia ingin bersedekah dengan apa yang dia bisa.
“Masa iya Pak untuk masjid saya harus narik biaya, enggak lah,,,Saya ingin bersedekah untuk Masjid. Dengan begitu, saya dapat pahala jariyahnya, lagian kalau saya bersedekah dengan uang kan gak punya,,,ya paling saya sedekah dengan apa yang saya bisa aja..”, tegas Mpim.
Setiap hari, Mpim berkeliling sejauh hampir 8 km untuk menjajakan jasa perbaikan elektronik yang rusak. Dengan hanya menggunakan 5 jarinya, Mpim dapat memperbaiki TV, radio, mesin cuci, kulkas, Amply, Sound box sampai dengan alat pengeras suara masjid.
Karena kelelahan, Mpim juga sering merasakan kram di kakinya, karena jalur sejauh 8 km yang Ia lewati merupakan jalan tanah berbatu yang penuh tanjakan dan turunan. Meski demikian, Ia tak pernah gentar untuk terus berjalan meski hanya menggunakan satu kakinya.
“Kalau sampai tertabrak belum pernah Pak, tapi kalau terserempet motor pernah beberapa kali, tapi Alhamdulillah gak sampai parah… meski tidak ada yang tanggung jawab, yang nyerempetnya pergi gitu aja.”, ujar Mpim.
kemampuan yang sekarang dimiliknya, didapat dari belajar secara otodidak karena sering memperhatikan pamannya yang sering memperbaiki alat elektronik rusak.
Dalam sehari, pendapatan Mpim tidak menentu. Akan tetapi, biasanya pendapatan tersebut tidak lebih dari 60 ribu/hari. Itupun jika ada yang menggunakan jasanya, tapi kalau tidak ada, otomasi mpim tidak memiliki penghasilan sehingga untuk makan saja Ia harus numpang ke saudara dekatnya.
Mpim saat ini tinggal sendirian di rumah warisan kedua orang tuanya, sebab sampai di usianya yang sudah ke 41 tahun Ia belum pernah menikah, sedangkan kakak serta adiknya sudah menikah dan pisah rumah.
“Ya ingin seperti orang lain bisa nikah, tapi mau gimana lagi… belum nemu jodohnya, lagian siapa juga ada yang mau sama Saya yang cacat gini..”, ujar Mpim dengan nada sedih.
Ditengah keterbatasannya, Mpim tetap berusaha walaupun jasa perbaikan Elektroniknya sedang sepi seperti saat ini. Dirinya mengaku tak pernah mau menghinakan diri dengan mengemis. Meski lelah untuk dijalani dengan setiap hari harus keliling menjajakan jasanya, tetapi Ia jalani dengan penuh kesabaran dan keikhlasan. Mpim selalu Yakin kepada Allah Subhanahu wata’ala terhadap rezeki yang sudah disiapkan untuk hambanya yang mau berusaha.
“Saya berharap ada modal Pak untuk buka toko penyedia onderdil komponen elektronik, alat kelistrikan sekaligus buka jasa perbaikan elektronik. Syukur-syukur bisa membuka lapangan kerja buat bantu orang lain. Ditambah, makin hari kaki saya kaya semakin lemah Pak. Sering sakit..sering kram..khawatir kedepan ga bisa keliling lagi”, harap Mpim.
SahabatKU sungguh kisah Mpim ini sangat menyayat hati, bagaimana seorang yang memiliki kecacatan dalam tubuhnya, namun Ia harus tetap berjuang agar bisa menghidupi dirinya seorang diri tanpa ada keluarga. Yuk kita bersamai perjuangan Mpim dalam mewujudkan Mimpinya untuk bisa memiliki modal usaha dengan berdonasi melalui galang dana ini.
Disclaimer: Dana yang terkumpul akan digunakan untuk modal usaha Mpim, pemenuhan penunjang kesehatannya dan pemenuhan kebutuhan bulanannya serta jika terdapat kelebihan dana, akan digunakan untuk membantu para Dhuafa dan Program lainnya yang berada dibawah naungan Yayasan Sinergi Kebaikan Ummat.
GRATISKAN SERVICE UNTUK MASJID, TUKANG SERVICE ELEKTRONIK DIFABEL BERJUANG SEBATANG KARA
terkumpul dari target Rp 35.000.000