MELALUI JARI KAKI, GURU DIFABEL AJAR 29 RIBU MURIDNYA BELAJAR BAHASA INGGRIS
terkumpul dari target Rp 50.000.000
Melalui jari kakinya, Engkus (36 tahun) mengajar Bahasa Inggris kepada puluhan ribu muridnya secara online setiap hari. Selain itu, Engkus pun menulis 2 buah buku dengan judul “A Life On Toes" buku yang menceritakan Biografi Engkus serta buku "Modul Bahasa Inggris Kelas VII” buku materi dasar Bahasa Inggris.
Semuanya itu, Engkus kerjakan menggunakan jari-jari kakinya melalui tablet pemberian almarhumah ibunya.
Sungguh luar biasa apa yang dilakukan Engkus meski memiliki keterbatasan fisik. Namun, berkat kemauan belajar dan menguasai bahasa Inggris serta kerja kerasnya, Ia bisa mengubah hidupnya menjadi lebih baik. Karena Dedikasi dan inspirasinya terhadap dunia pendidikan serta dalam memperjuangkan mimpinya ditengah keterbatasan, Engkus sering mendapatkan berbagai penghargaan baik daerah maupun nasional.
Engkus mengidap Cerebral palsy semenjak usia 3 tahun. Di tengah keterbatasan ekonomi serta kondisi fisiknya, Engkus begitu bersemangat untuk menguasai Bahasa Inggris. Padahal, selain tangan dan Kakinya yang mengalami kelumpuhan, untuk bicarapun, mulutnya begitu sangat kelu sehingga ketika berbicara tidak begitu jelas.
Semua keahliannya didapatkan secara Otodidak. Berawal kegemarannya menonton film-film barat/luar negri sejak usianya baru 6 tahun, Engkus tertarik untuk belajar Bahasa Inggris. Dibantu oleh almarhumah Ibunda tercintanya, Engkus dibawakan buku Kamus bahasa Inggris pemberian saudaranya.
Engkus kecil yang tinggal di pelosok Sukabumi pun diajari oleh sang Ibu, meski dengan kondisi dan pengetahuan Ibu yang seadanya. Dengan jari kakinya, setiap hari dengan tekun Engkus melahap selembar-demi selembar pelajaran terjemahan di kamus tersebut.
Pelan-pelan selama puluhan tahun, Engkus dapat menghafal kosa kata bahasa Inggris yang terdapat dalam kamus tersebut. Setelah tamat, Engkus meminta kepada Ibunya untuk dicarikan lagi buku materi bahasa inggris lainnya untuk dipelajari. “Mungkin lebih dari 15 buku Bahasa Inggris. Ibunya Engkus pinjem ke Saudara atau keponakan yang masih sekolah untuk Engkus pelajari.”, ujar Abah Dudun (68 tahun), ayah Engkus.
Setelah sekian lama Ia belajar secara Otodidak, hasilnya bisa dilihat saat ini, Engkus sangat menguasai materi Bahasa Inggris dari mulai materi Bentuk Kata (Tenses), Mendengarkan (Listening), Membaca (Reading) ataupun Menulis (Writing) namun untuk Berbicara (Speaking) Ia terkendala kondisi fisiknya.
Saat ini, Engkus hanya tinggal berdua bersama Ayahnya yang sudah sepuh. Sudah hampir 4 tahun Abah Dudun merawat Engkus seorang diri semenjak Istrinya meninggal karena sakit. Dari mulai menyuapi makan, membersihkan engkus setelah beres buang air besar, memandikannya bahkan sampai dengan menggendong engkus ketika Ia ingin ke toilet. Padahal kondisi tubuh Abah Dudun begitu renta termakan usia.
Dihari tuanya, Abah Dudun masih bekerja sebagai buruh tani dengan penghasilan tidak lebih dari 50 ribu/hari. Itupun jika ada yang menyuruhnya, namun ketika tidak ada pekerjaan, beliau hanya berdiam diri dirumah sambil merawat Engkus.
Sedangkan, penghasilan Engkus sebagai pengajar Bahasa inggris baik secara Online ataupun Offline tidak menentu. Engkus tidak menentukan tarif bayaran, namun hanya seikhlasnya saja, sehingga upahnya pun terbatas bahkan bisa dibilang tak memiliki upah.
“Dari hasil ngajar, paling sebulan Engkus dapat uang gak lebih dari 700 ribu. Kebanyakan, yang ngasih itu dari siswa SD yang dididik langsung Engkus dirumah. Kalau yang di Facebook mah jarang sekali, meski kadang pernah ada yang transfer ke Engkus 200 ribu, tapi itu juga cuma sekali Pak. Kalau ada yang kasih ya paling 40 ribu atau 50 ribu itu juga jarang..”, ungkap Abah Dudun.
Meski demikian Engkus tidak pernah mengeluh sama sekali, hal ini bisa terlihat dari semangat Engkus saat Ia mengajar bahasa Inggris Anak-anak SD setiap hari di rumahnya yang begitu sempit. Kian hari, semakin banyak orang tua yang ingin mendaftarkan anaknya untuk belajar bahasa Inggris ditempat Engkus. Namun, karena Ia tak memiliki ruangan kelas sebagai tempat mengajar Anak-anak tersebut, dengan terpaksa Engkus membatasi jumlah Siswa didiknya.
Engkus berharap, bisa memiliki bangunan khusus sebagai tempat Ia membuka Les bahasa Inggris dengan sarana dan Prasarana yang memadai termasuk memiliki jaringan koneksi Internet yang lancar tidak lambat seperti saat ini.
“Saya ikhlas kok harus mengetik materi bahasa Inggris menggunakan jari sepanjang malam. Trus saya posting di akun Facebook. Sebab cuma di malam hari internetnya lancar tidak lemot, maklum disini kan jauh di pelosok.”, ujar Engkus terbata-bata.
Akun Facebook Engkus saat ini sudah memiliki pengikut lebih dari 29 ribu orang lebih dan Grop Facebook sebagai tempat pembelajaran Bahasa Inggrisnya terdapat 91 ribu orang lebih anggota dari seluruh Indonesia dan bahkan mancanegara. Setiap malam, rata-rata Followers yang mengikuti pembelajaran bahasa Inggrisnya tidak kurang dari hampir 18 ribu orang.
Sepanjang malam, selain agar mendapatkan Signal internet yang lancar dalam mengajar, Engkus juga harus meladeni pertanyaan-pertanyaan siswa onlinenya melalui Inbox/chat di Facebook. Bayangkan! dalam sekali season mengajar, hampir 6 ribu pertanyaan yang Ia dapatkan melalui Inboxnya. Itupun tidak semuanya bisa Engkus jawab karena keterbatasan waktu.
Sedangkan di siang hari, kedua Kaki Engkus digunakan untuk mengetik materi beserta penjelasannya di memo tablet jadul pemberian almarhum ibunya. Kemudian, materi tersebut Ia posting untuk digunakan sebagai bahan materi pembelajaran bahasa Inggris di malam hari.
Dampak dari pembelajaran bahasa Inggris yang Engkus lakukan secara Online ini sungguh luar biasa. Sebab, banyak siswanya yang saat ini bisa mahir berbahasa Inggris. Bahkan, ada salah seorang siswanya yang memberikan ucapan terimakasih melalui Inbox karena berkat pelajarannya, siswa tersebut mendapatkan Beasiswa kuliah ke Australia. Ketika diberitahu bahwa Engkus seorang difabel, Siswa tersebut sangat terkejut dan menyatakan kekagumannya.
Sungguh luar biasa Pengabdian Engkus selama ini dalam mengamalkan ilmu bahasa Inggrisnya. Siang hari hingga malam, Engkus melakukan semua itu dengan penuh keikhlasan, tanpa mengharapkan bayaran. Padahal, dilihat dari hidupnya, Ia pun serba kesulitan, meski hanya sekadar untuk memenuhi makan sehari-hari bapak dan dirinya.
SahabatKU, maukah kalian patungan untuk memberi Apresiasi kepada Engkus seorang penulis dan guru bahasa Inggris difabel, sehingga Beliau bisa mewujudkan Impiannya agar bisa memiliki ruangan khusus untuk mengajar anak-anak di kampungnya. Berikan apresiasi dan dukungan SahabatKU semua melalui laman penggalangan dana Kebaikan untuk Engkus.
Disclaimer: Dana yang terkumpul akan digunakan untuk pembangunan ruangan tempat Les bahasa Inggris Engkus, pemenuhan sarana dan prasarana untuk Engkus mengajar dan mengarang buku, pemenuhan kebutuhan bulanan Engkus beserta Abah Dudun, pemenuhan kebutuhan kesehatan Engkus beserta Abah Dudun serta jika terdapat kelebihan dana, akan digunakan untuk pemenuhan kebutuhan Dhuafa dan program program Yayasan Sinergi Kebaikan Ummat yang lainnya.
MELALUI JARI KAKI, GURU DIFABEL AJAR 29 RIBU MURIDNYA BELAJAR BAHASA INGGRIS
terkumpul dari target Rp 50.000.000