Tuna Netra Tetap Berjuang Meski Kanker Menggerogoti
terkumpul dari target Rp 65.000.000
Jadi tukang pijat adalah satu-satunya profesi yang bisa dilakukan oleh Pak Ujang (52) untuk bertahan hidup. Sejak lahir Pak Ujang seorang tunanetra (tidak bisa melihat).
Semakin hari profesi yang dijalaninya semakin sulit. Pelanggannya semakin sepi, penghasilannya pun semakin berkurang. Alhasil, istri dan anaknya pun kembali ke rumah keluarga sang istri karena Pak Ujang sering tak bisa memberi mereka makan. Kini Pak Ujang menumpang di rumah kerabatnya.
Upah yang didapat dari sekali memijat biasanya hanya 20 – 50 ribu, itupun tidak setiap hari. Uang tersebut harus dibagi antara kebutuhan sendiri dan untuk dikirim ke anak istri. Pak Ujang pun sering memilih berpuasa ketimbang tidak mengirimkan uang untuk anak istri.
“Setiap malam saya cuma bisa bayangin suara anak saya, tapi kalo tinggal sama saya juga kasian, susah makan," ucap Pak Ujang.
Cobaan belum berakhir. Muncul bennjolan di pipi Pak Ujang sejak 2 tahun lamanya. Semakin lama semakin besar, akhirnya pecah dan meninggalkan luka menganga yang tak kunjung sembuh.
"Ada yang bilang ini kanker, tapi saya ga tau juga karena belum pernah ke dokter. Rasanya panas sama perih. Saya cuma bisa obati pake ramuan kampung aja."
Pak Ujang berharap punya usaha agar anaknya bisa sekolah, mengobati penyakitnya, dan kembali berkumpul bersama keluarga. Yuk bantu Pak Ujang dengan donasi terbaik!
Disclaimer: Donasi yang terkumpul akan digunakan untuk kebutuhan berobat dan modal usaha untuk Pak Ujang. Jika terdapat kelebihan dana akan digunakan untuk implementasi program dan para penerima manfaat lainnya di bawah pendampingan Yayasan Amal Baik Insani.
Tuna Netra Tetap Berjuang Meski Kanker Menggerogoti
terkumpul dari target Rp 65.000.000