Kanker Selaput Paru-Paru Merenggut Keceriaan Dan Masa Depan Aris
terkumpul dari target Rp 150.000.000
Kanker selaput paru-paru merenggut keceriaan dan masa depan Aris, benjolan sebesar kepala orang dewasa itu berkali-kali pecah dan mengancam nyawanya.
Bocah belia 11 tahun yang semestinya sedang semangat mengenyam pendidikan dan bermain dengan teman sebayanya kini harus ikhlas menghabiskan hari-hari dengan berbaring dan bernafas dengan bantuan tabung oksigen.
Meski tampak tegar, namun erangan dan tangisan acapkali terdengar ketika rasa sakit itu muncul, bahkan jika sudah tidak terkira Aris bisa sampai tidak sadarkan diri.
Hal tak biasa terjadi dalam keluarga Uci Sanusi (63) saat ini. Sudah 6 bulan anaknya Aris Albiansyah (11) tak bisa sekolah. Jelas bukan karena keinginannya, melainkan sejak lima bulan yang lalu benjolan di dada Aris mulai membesar. Setelah diperiksa ternyata Aris menderita penyakit pleural malignant mesothelioma ( kanker selaput paru-paru) Tentu saja mengetahui hal itu membuat keluarga pak Uci merasa terpukul.
Pak Uci yang merupakan seorang buruh tani tentu tak pernah membayangkan jika anak laki-lakinya mengidap kanker "kata orang kanker payudara, masak anak laki-laki kanker payudara, saya gak mengerti, membayangkan saja saya tidak pernah" Ungkap pak Uci tertunduk menahan tangisnya.
Ia yang hanya mengandalkan pemberian orang lain dari menggarap sawah mereka tak mempunyai penghasilan tetap, apalagi penghasilan yang banyak. Namun demi mengobati anaknya itu, ia rela menjual semua yang ia miliki. Sayangnya semua itu belum cukup, anaknya yang harus menjalani kemotheraphy beberapa kali tentu membutuhkan biaya yang tak sedikit. Belum lagi biaya operasi yang harus ia persiapkan, biaya yang bisa mencapai ratusan juta rupiah.
Kondisi Aris saat ini telihat sangat menyedihkan, ia hanya bisa terbaring lemah tak berdaya. Ayah dan Ibunya Enin (55) senantiasa selalu merawat dan memperhatikan Aris. Pun demikian mereka selalu memberikan dukungan moral agar anaknya tetap semangat melawan penyakitnya.
Entah berapa kali Ibu Enin harus menahan tangis melihat kondisi anaknya itu. Saat ia tak kuat lagi menahan tangis, Eris selalu meminta ibunya itu untuk tidak menangis. Mereka bertiga seolah saling menguatkan satu sama lain menghadapi ujian yang tengah mereka hadapi saat ini.
Aris sudah rindu untuk kembali sekolah, namun apa daya kondisinya tak memungkinkan untuk itu. Beberapa hari yang lalu Dada Aris harus di lubangi untuk menyedot cairan yang hampir memenuhi paru-paru dan membuat Aris harus masuk ICU dan hampir merenggut nyawanya.
Ia kini masih harus menghadapi beberapa kali kemoterapi yang menyakitkan setiap minggu juga bersiap menghadapi operasi sesegera mungkin. Namun ia terlihat tetap berusaha tegar di depan kedua orangtuanya.
Pak Uci yang tak ingin kehilangan anaknya tetap berusaha mencari biaya pengobatan anaknya. Meskipun ia harus mengambil pinjaman kesana kemari, ia tetap lakukan demi bisa menyediakan biaya operasi sang anak. Namun sayangnya itu bukan hal yang mudah, dana yang ia butuhkan masihlah sangat besar. Ia tak tahu lagi harus berbuat apa. Ia hanya berharap ada orang-orang yang terketuk hatinya untuk membantu pengobatan anaknya itu.
Insan Baik, Aris saat ini menghadapi cobaan terberat dalam kehidupannya, demikian juga dengan ayah dan ibunya. Mari kita bantu mereka melewati cobaan ini. Mari bantu Aris agar bisa segera sembuh dan kembali menjalani kesehariannya. Mari bersama-sama kita membantu biaya operasi Aris agar segera bisa terlaksana. Bantuan kita akan sangat berarti bagi pak Uci, Aris dan ibunya.
Disclaimer: Donasi yang terkumpul akan digunakan untuk biaya pengobatan Aris serta kebutuhan lainnya. Serta sebagian donasi akan digunakan untuk membantu penerima manfaat lain dibawah naungan Yayasan Amal Baik Insani.
Kanker Selaput Paru-Paru Merenggut Keceriaan Dan Masa Depan Aris
terkumpul dari target Rp 150.000.000