Menyambung Asa Kakek Tuna Netra Sebatangkara
terkumpul dari target Rp 50.000.000
Sudah genap 62 tahun Abah Ade berdamai dengan kegelapan. Ia tidak pernah terfikir bagaimana indahnya dunia ini. Setiap hari abah hanya memikirkan ”bisakah saya makan hari ini? Sambil terus menahan perihnya perut yang belum terisi makanan sedikit pun”.
Hidup sebatangkara di usia senja tanpa anak dan istri, membuat Abah Ade (62 tahun) sering merasa kesepian. Belum lagi, kondisi Abah yang tidak memiliki indra penglihatan sejak lahir, sehingga di hari-hari tuanya ia semakin terasa gelap dan dingin.
Apalagi 2 tahun terakhir ini, Abah terserang stroke. Ia tidak bisa bergerak dan beraktivitas. Hanya bisa merintih dan tidak banyak yang bisa ia lakukan.
Abah tinggal seorang diri di rumah kecil sederhana dengan dinding dan atap yang sudah lapuk. Tiang penyangganya juga sudah banyak yang patah. Sedang beberapa bagian rumahnya pun sudah roboh.
Jika hujan turun, seisi rumahnya bocor dan Abah pun hanya bisa tidur menggigil kedinginan.
Keterbatasan fisik dan usia yang sudah senja, tak lantas membuat Abah Ade berdiam diri. Dengan mengandalkan indra pendengaran dan perasaan. Ia mampu memijat dengan sangat cekatan.
Hingga kini Abah Ade dikenal sebagai tukang pijat. Meskipun saat ini ia hanya bisa memijat beberapa pelanggan saja hanya untuk sekedar bisa makan hari ini.
Kalau Abah sakit dan tak ada pelanggan yang datang, Abah hanya bisa diam dan menahan perihnya perut yang belum terisi. Tak ada sedikit pun obat yang bisa Abah makan untuk meredakan rasa sakitnya.
"Kalau gak ada uang ya puasa, paling minum air putih biar perutnya gak terlalu perih. Mudah-mudahan besok ada rezekinya."- ungkap Abah Ade.
Setiap hari Abah keliling keluar dari rumah untuk mencari orang yang mau dipijat. Sambil meraba-raba jalan dan teriak. "Pijat...pijat...pijat ibu... bapak...”.
Dengan harapan besar ada yang tertarik untuk memakai jasa pijatnya dan ada uang yang berhasil ia bawa pulang. Tak banyak yang bisa Abah dapat dalam sehari. karena Abah tak pernah mematok tarif tinggi. Ia hanya minta upah seikhlasnya.
Dalam sehari Abah hanya mengantongi 15-20 ribu. Dengan uang seadanya, ia belikan nasi. Walaupun tak terisi dengan kenyang, setidaknya nasi itu bisa mengganjal perutnya selama sehari penuh.
Bahkan tak jarang, Abah hanya dibayar dengan beras dan sabun. Karena itulah seringkali hanya seporsi mie instan yang mengisi perut kosong Abah Ade dalam sehari.
Sahabat kebaikan, mungkin saat ini kitalpsedang menikmati beragam hidangan lezat bersama keluarga tercinta. Namun diluar sana, ada abah Ade dengan segala keterbatasannya menahan perutnya yang lapar. Maukah sahabat kebaikan semua menyisihkan sebagian rezekinya untuk Abah Ade agar perutnya bisa terisi.
Disclaimer: Donasi yang terkumpul akan digunakan untuk memenuhi semua kebutuhan Abah Ade dan memperbaiki tempat tinggalnya. Selain itu, akan digunakan untuk para penerima manfaat lainnya.
Menyambung Asa Kakek Tuna Netra Sebatangkara
terkumpul dari target Rp 50.000.000