Perjuangan Ustadz Difabel Wujudkan Mimpi Bangun Madrasah di Pelosok
terkumpul dari target Rp 60.000.000
Keterbatasan fisik juga fasilitas yang kurang mendukung bukan menjadi penghalang bagi kedua Ustadz difabel ini untuk terus bisa bermanfaat bagi barang orang di lingkungannya. Mereka justru menganggap semua kesulitan itu adalah tantangan yang pasti bisa di selesaikan. Dengan itu keduanya terus menekuni kebermanfaatannya sebagai perantara hidayah Allah Ta’ala bagi umat-Nya yang berada di pelosok desa.
Meskipun banyak orang hanya peduli dan mencemooh kondisi cacat mereka, dua Ustadz difabel ini justru memilih untuk peduli pada anak-anak di kampungnya yang ternyata tak bisa shalat dan mengaji.
Mengajar tanpa harap upah sedikitpun, jika ada yang memberi pun tak jarang mereka tolak karena tahu kondisi ekonomi keluarganya. Bagi mereka upah terbesar itu dikirim langsung dari Allah, melalui Hadits Riwayat Muslim yang berbunyi,
“Dan barang siapa yang meringankan (beban) seorang Muslim yang sedang kesulitan, maka Allah akan meringankan (bebannya) di dunia dan akhirat.”
Ada Ustadz ‘Muda’ Ramdhani (22) dan ada Ustadz Asep (49). Langkah mereka akan selalu tertatih bahkan tangannya harus digunakan untuk membantunya berpindah tempat.
Ditertawakan, dianggap rendah saat melintas, tak buat mereka bergeming sedikitpun untuk tetap melaju ke arah surau sederhana di sebrang sana. Banyak anak-anak yang menanti Ustadz mereka untuk belajar.
Tidaklah mudah bagi orang tua anak-anak di kampung mereka masing-masing untuk menerima uluran tangan dan pengajaran yang akan diberikan oleh Ustadz Ramdhani dan Ustadz Asep.
Lagi-lagi keterbatasan fisik menjadi bahan keraguan warga. “Mau gimana lagi, udah takdir dari Allah kondisi saya seperti ini, tapi Alhamdulillah Allah nitipin ilmunya jadi saya bisa ngajar ngaji anak-anak, selebihnya yang ragu gapapa in syaa Allah saya terima..” ucap ikhlas Ustadz Ramdhani.
Untuk membuktikan ketulusannya, jalananan yang sulit mereka lewati karena keterbatasannya pun berusaha keras mereka lalui. Bahkan ketika hujan turun, tetap mereka paksakan berangkat meski bajunya basah terkena percikan air dari tanah, karena panjang kakinya yang tidak tumbuh seperti orang normal lainnya.
Untuk kehidupan sehari-hari mereka berharap dari pekerjaan buruh. Ustadz Ramdhani jadi buruh ternak, sedangkan Ustadz Asep serabutan, “Kalau ada yang panggil minta bantuan, saya siap berangkat,” ungkapnya.
Dari upah tak seberapa, hanya cukup untuk sekali makan, namun selalu mereka sisihkan sedikit demi sedikit untuk ditabung. Ada impian mulia di balik semua itu.
“Ingin bangun madrasah kecil yang layak untuk anak-anak supaya nyaman dan lebih semangat lagi ngajinya, soalnya sejauh ini hanya menumpang dirumah orang tua murid, kadang saya ga enak juga kalau terus-menerus menumpang..”
#TemanKebaikan, maukah bantu wujudkan impian kecil Ustadz Ramdhani dan Ustadz Asep?
Mengapa donasi di Sajiwa Foundation?
- Pendampingan yang dilakukan merupakan bentuk Integrasi Kebutuhan Material dan Non Material
- Memiliki Objektif pendampingan SMART (Specific, Measurable, Achievable, Relevant, Time-Bound) yang disusun berdasarkan asesmen kebutuhan penerima manfaat.
- Dijalankan dengan prinsip pertemanan yang menyenangkan.
- Sajiwa Foundation terdaftar dan diawasi oleh Kemenkumham, Dinsos Kota Bandung dan Dinsos Jawa Barat.
- Setiap bulan Sajiwa Foundation melaporkan Aktivitas Program dan Laporan Keuangan bulanan di laman website.
Perjuangan Ustadz Difabel Wujudkan Mimpi Bangun Madrasah di Pelosok
terkumpul dari target Rp 60.000.000