Anak Penderita Hidrosefalus Ingin Sembuh
terkumpul dari target Rp 180.000.000
Banyak anak yang lahir dengan penyakit Hidrosefalus, Tapi sayang, hanya sedikit dari mereka yang terlahir di keluarga yang mampu menyembuhkannya. Seperti yang dialami oleh Sarah dan Riski..
Sarah, bayi cantik ini terlahir dengan Hidrosefalus, bibirnya sumbing, tak memiliki tangan kiri, satu-satunya tangan kanan yang dimilikinya pun hanya memiliki dua jari. Dengan sepenuh hati Ibu menerima kondisi Sarah. Ujar Ibu,
“Bagaimanapun Sarah adalah titipan dari Tuhan, Sarah akan saya rawat dengan baik sampai besar..”
Dokter bilang, kondisi Sarah harus ditangani satu per satu. Terutama Hidrosefalus dan bibir sumbingnya, seminggu sekali Sarah harus kontrol dan berobat. Tak hanya itu, makanannya pun harus penuh akan gizi, tak lupa susu khusus harus terus dikonsumsi agar Hidrosefalusnya tidak terus membesar.
Tapi apa daya, Ibu hanya bisa mengangguk lemas. Hatinya berbicara darimana semua biaya besar itu bisa didapatkan. Sementara motor Ayah untuk ngojol saja sudah digadaikan sampai-sampai Ayah harus ngojol dengan jalan kaki.
Sarah tak bisa melanjutkan pengobatan, Sarah tak mampu membeli susu khusus. Lalu apa yang dilakukan Ibu untuk Sarah?
“Air gula merah” jadi satu-satunya obat yang bisa diberikan Ibu.
Sama halnya dengan Riski.. Anak berusia 9 tahun ini sejak lahir sudah mengidap penyakit Hidrosefalus. 8 tahun yang lalu ibunya meninggal dunia karena mengidap penyakit radang ginjal. Hingga kini, Riski hanya hidup bersama Kakek dan Nenek yang dirawat dengan penuh kasih sayang.
Ukuran kepalanya terus membesar, bahkan 3x lebih besar dari teman sebayanya. Bahkan ujar Nenek tak jarang Riski merintih kesakitan di kepalanya sampai demam dan kejang.
“Paling lama pernah Riski kejang 2 jam Kang..” Lirih sang Nenek.
Sedihnya, saat kejang tiba, Riski hanya bisa diobati dengan kompresan air hangat sembari kepalanya di usap-usap oleh neneknya. Nenek mengaku tak bisa membawa Riski ke Rumah Sakit. Bagaimana Tidak? Neneknya hanya seorang buruh tani dan kakek hanya tukang eskrim keliling. Penghasilan keduanya tak seberapa hanya cukup untuk makan sehari-hari saja itupun hanya dengan lauk tahu/tempe saja.
Keinginan Nenek saat ini hanya satu,
“Emak sama Abah mah cuma ingin Riski bisa berobat dan sembuh biar bisa terus sekolah dan hidup mandiri. Soalnya kasian kalo Emak Abah gak ada Riski cuma sendirian,” Lirihnya.
#TemanKebaikan maukah kamu beri kesempatan untuk Sarah, Riski, dan anak penderita Hidrosefalus lainnya bisa sembuh dan dapatkan gizi seimbang setiap harinya?
Mengapa donasi di Sajiwa Foundation?
- Pendampingan yang dilakukan merupakan bentuk Integrasi Kebutuhan Material dan Non Material
- Memiliki Objektif pendampingan SMART (Specific, Measurable, Achievable, Relevant, Time-Bound) yang disusun berdasarkan asesmen kebutuhan penerima manfaat.
- Dijalankan dengan prinsip pertemanan yang menyenangkan.
- Sajiwa Foundation terdaftar dan diawasi oleh Kemenkumham, Dinsos Kota Bandung dan Dinsos Jawa Barat.
- Setiap bulan Sajiwa Foundation melaporkan Aktivitas Program dan Laporan Keuangan bulanan di laman website.
Anak Penderita Hidrosefalus Ingin Sembuh
terkumpul dari target Rp 180.000.000