Salah satu pedagang kecil yang merasakan dampak pandemi ini adalah Pak
Frans pedagang keliling yang menjajakan susu pasteurisasi. Ia mengeluh jika
selama pandemi ini jumlah dagangan yang ia jual semakin berkurang
"Biasanya saya jualan tuh ke sekolah - sekolah, tapi karena sekolah
diliburkan mau tidak mau saya harus berjualan keliling lebih jauh".
Perkenalkan, beliau
adalah Abah Frans (73). Abah tinggal di rumah petak kecil bersama dengan istri
serta mengasuh ketiga cucunya yang sudah yatim piatu di sekitaran Cikutra, Bandung.
Setiap hari, dari
pukul 10 pagi hingga pukul 5 petang, Abah berkeliling membawa beban susu
pateurisasinya seberat 60 kg. Abah Frans menjual susu dengan harga Rp 2.000 –
Rp 10.000, dan Abah hanya mengambil untung sekitar Rp 1.000 - Rp 1.500 dari
setiap satu susu yang terjual.
"Biasanya saya
jualan di sekolah-sekolah, tapi sekolah diliburkan, jadi mau gak mau saya harus
berjualan keliling lebih jauh." Ujar Abah Frans.
Beban yang tidak
sebanding dengan fisik Abah yang sudah tak muda lagi. Usia Abah saat ini
bukanlah usia yang ideal untuk bertarung di jalanan karena sangat beresiko
terutama bagi kesehatan Abah. Semua itu Abah lakukan demi menyambung hidup.
Abah juga harus membiayai sekolah cucunya.
“Meskipun harus
berkeliling dari pagi hingga petang, masuk dari gang ke gang, buat Abah itu
lebih baik daripada harus minta-minta sama orang.”
Abah Frans bermimpi
untuk punya usaha sendiri, setidaknya tak harus bekeliling lagi membawa beban
barang dagangannya yang sangat berat.
Abah Frans hanya 1 dari sekian banyak lansia yang masih berjuang untuk
menafkahi keluarganya, maukah kamu menyisihkan sedikit rezeki untuk membantu
para lansia produktif yang masih berjuang untuk kelangsungan hidupnya?
Yuk #TemanBaik
bantu wujudkan impian Abah dan Lansia lain dengan borong dagangannya, klik
donasi sekarang.
Hadiah Untuk Pedagang Lansia
terkumpul dari target Rp 60.000.000