Renovasi Gubuk Tak Layak Huni Mak Kayah
terkumpul dari target Rp 100.000.000
Mak Kayah (53) dan anaknya yang masih sekolah harus tinggal di gubuk sempit dan pengap berukuran 2x2 meter di tengah persawahan. Suaminya sudah 16 tahun pergi mengadu nasib ke pulau sebrang tapi tak pernah ada kabar lagi.
Mak Kayah dikenal oleh warga sekitar sebagai sosok pekerja keras. Demi sesuap nasi dan biaya sekolah anak, Mak Kayah bekerja sebagai pedagang keliling, buruh sawah, atau kuli cuci dan beres-beres rumah tetangga. Upahnya hanya Rp30.000 sehari, itupun tidak setiap hari karena Mak Kayah mulai sakit-sakitan.
Kondisi gubuknya yang tidak layak huni pun turut mempengaruhi kesehatan Mak Kayah yang terus menurun.
"Emak bukan ga mikirin benerin rumah atau bikin kamar mandi, buat emak yang penting ga kehujanan dan bisa buat tidur dan sekolah anak, karena uangnya cuma segitu-gitunya. Itu juga emak mesti nabung dan makan seadanya. Untungnya anak emak udah biasa ga bekel dan pake seragam bekas tetangga," cerita Mak Kayah sambil berkaca-kaca.
Jika hujan deras dan angin kencang, Mak Kayah terpaksa harus ke rumah tetangga karena khawatir gubuknya roboh. Begitupun untuk keperluan MCK, Mak Kayah harus menumpang ke kamar mandi umum atau tetangga.
"Paling repot kalo malem mesti ke kamar mandi. Selain gelap, licin, takut ada ular belang juga. Kalo jatuh mah udah gak keitung," kenang Mak Kayah menceritakan perjuangannya.
Mak Kayah berharap punya rumah yang lebih layak dan warung kecil-kecilan karena kondisi tubuhnya sudah semakin ringkih.
Insan Baik, yuk bantu wujudkan impian mulia Mak Kayah, seorang ibu luar biasa yang rela banting tulang dan menyerahkan segalanya demi anak-anaknya.
Disclaimer: Donasi yang terkumpul akan digunakan untuk modal usaha dan bedah rumah Mak Kayah. Jika ada kelebihan donasi akan digunakan untuk membantu penerima manfaat lainnya serta keberlangsungan program sosial kemanusiaan di bawah naungan Yayasan Amal Baik Insani.
Renovasi Gubuk Tak Layak Huni Mak Kayah
terkumpul dari target Rp 100.000.000