Kisah Lansia Jalanan Bertahan Hidup
terkumpul dari target Rp 56.000.000
Dibalik indahnya Kota Yogyakarta, banyak cerita pilu dari para lansia dhuafa yang terpaksa hidup di jalanan.
Salah satunya adalah Mbah Sargiyem (64). Melihat sorot matanya yang lelah, setiap hari Mbah harus menenteng keranjang jualannya, keliling Pasar Beringharjo dan sekitarnya. Dari jualan kopi dan susu seduh, biasanya Mbah mendapatkan penghasilan 30 – 50 ribu per hari, itupun jika laku semua.
“Dari hasil jualan ini biasanya mbah tabung. Gak apa-apa tidur di jalanan, asalkan tabungan buat aqiqah anak Mbah bisa terkumpul…”
Suami dan anak Mbah sudah meninggal dunia. Kini Mbah tinggal di jalanan, tidur di pinggiran pasar. Beralaskan karung, beratapkan langit, menahan dinginnya angin malam.
Mbah punya tempat tinggal di daerah Pundong, tapi jika bolak balik uangnya hanya habis untuk ongkos karena mahal. Jika hari libur atau tanggal merah juga jarang pulang karena Pasar Beringharjo ramai dan itu adalah kesempatan buat Mbah mencari rejeki lebih.
Tak terbayang bagaimana jadi Mbah Sargiyem atau lansia dhuafa lain yang harus hidup seorang diri di jalanan. Tapi mereka pun tak punya pilihan untuk menghadapi kondisi seperti itu.
Yuk berikan sedekah terbaik untuk bantu lansia dhuafa mendapatkan kehidupan yang lebih layak.
Disclaimer: Donasi yang terkumpul akan digunakan untuk santunan tempat tinggal (kost/kontrakan) lansia dhuafa yang hidup sendiri di jalanan.
Kisah Lansia Jalanan Bertahan Hidup
terkumpul dari target Rp 56.000.000