50 Tahun Ratusan Warga GIli Raja Ibadah dalam Gelap
terkumpul dari target Rp 150.000.000
"Itu bacaannya salah, Dimas"
"Maaf Ustaz tidak terlihat tulisannya"
Suara salah satu Ustaz membenarkan bacaan dan santri yang berusaha membaca dalam gelap.
Seperti tidak tersentuh pembangunan dan uluran tangan, beginilah keseharian kegiatan mengaji di Mushola Raudlatul Mubtadiin. Hanya nyala api dari lampu minyak yang menerangi puluhan santri mengaji. Tak jarang beberapa buku tidak sengaja terbakar karena terkena tumpahan lampu minyak.
Ini adalah potret sedikit bagian dari Pulau Gili Raja. Ratusan warga Pulau Gili Raja harus berterima dengan tidak ada aliran listrik selama hampir 50 tahun.
"50 tahun kami harus hidup dengan kondisi tanpa aliran listrik, mas. Tidak ada pengeras suara, tidak ada cahaya lampu."
Pulau GIli Raja, berlokasi di Kabupaten Sumenep. Berjarak dua jam perjalanan dari pulau madura menuju Pulau GIli Raja. Terdapat 4 desa dengan hampir 20.000 jiwa. Untuk menuju ke Pulau Gili Raja harus menggunakan sampan menerjang ombak yang besar. Terkadang tidak ada sampan karena ombak sangat besar.
Hidup di pulau terpencil warga Gili Raja termasuk ekonomi kurang mampu dengan hanya bergantung pada hasil menangkap ikan dan petani garam.
“Sudah bertahun-tahun petani garam bangkrut. Ratusan hektar lahan garam ngangkrak, mas. Harga garam turun anjlok. Murah, tidak sepadan dengan usaha para petani. Nelayanpun harus berjibaku dengan ombak yang tidak selalu tenang, sering terkena ombak besar.”
Warga Gili Raja tidak pantang menyerah. hal ini rela mereka lakukan agar bisa mendapat uang untuk membeli gas agar nanti malam bisa menyalakan lampu minyak untuk belajar. Hal tersebut juga dialami dimas.
Dimas adalah salah satu anak di Pulau Gili Raja yang harus membantu orang tua dengan bekerja membantu di pengepul ikan. Sebelum matahari terbenam Dimas harus sudah berjibaku menuju pengepul ikan untuk bekerja. Mengangkat ikan, menjemur, dan pekerjaan berat lain.
Tak jarang ia harus telat masuk kedalam kelas karena terlalu sibuk bekerja. Di usia Dimas yang masih di bangku 5 SD ia harus bekerja. Di Usia Dimas harusnya ia belajar dengan tekun meraih cita-citanya tapi ia harus bekerja berjibaku agar ada uang membeli minyak agar nanti malam ada cahaya untuk Dimas mengaji dan belajar
“Kapan kami akan mendapat listrik, kak?” Ucap memelas Dimas.
Tidak mudah hidup tanpa listrik bertahun-tahun. Kadang ketika kita mengalami pemadaman listrik satu jam saja sudah sangat susah. Apalagi yang dirasakan oleh Dimas dan seluruh warga Gili Raja yang berpuluh tahun tanpa listrik. Tapi Dimas dan warga lain tidak pernah putus asa. Mereka tetap beribadah dengan khusyu karena Dimas dan warga lain yakin Allah SWT Maha Melihat dan Mengetahui meski dalam gelap sekalipun.
Sahabat, mungkin kamu adalah cahaya bagi Dimas kecil dan beratus ribu warga Gili Raja lain untuk beribadah. Mari kita bantu warga Gili Raja untuk setidaknya bisa terbebas dalam gelap saat beribadah dan mengaji.
Klik DONASI SEKARANG dan jangan lupa sebarkan kisah ini agar lebih banyak yang bisa membantu.
Terima kasih!
50 Tahun Ratusan Warga GIli Raja Ibadah dalam Gelap
terkumpul dari target Rp 150.000.000