BANTU IBU DIFABEL BIAYAI SEKOLAH ANAK-ANAKNYA
terkumpul dari target Rp 60.000.000
“Anak pertama saya, meninggal di pangkuan saya 6 bulan lalu karena sakit. Masih ada 3 anak lainnya yang harus saya hidupi dan biayai sekolahnya. Meski kondisi fisik saya terbatas, In syaa Allah, sekuat tenaga saya bakal terus berjuang demi anak-anak ”, ujar Bu Emi (36 tahun).
Emi Nurhayati atau biasa dipanggil Bu Emi yang tinggal di Tunggakjati Karawang, adalah seorang penyandang Disabilitas yang memiliki kondisi istimewa di bagian kakinya. Kaki sebelah kanannya lebih kecil serta pendek dibandingkan kakinya yang sebelah kiri. Selain itu, kaki sebelah kanannya juga mengalami kelumpuhan atau pelemasan sehingga tidak bisa lagi digerakan. Kondisi fisik yang dialami Bu Emi ini bawaan dari lahir sehingga sudah tidak bisa diobati lagi.
Bu Emi memiliki 4 orang anak dari 2 kali pernikahan. Setelah anak pertamanya meninggal 6 bulan yang lalu karena penyakit TB paru, Bu Emi mengaku mengalami stres selama hampir 2 bulan. Hampir setiap hari Ia menangisi kepergian anak pertama kesayangannya itu.
Anak ke-duanya bernama Riska latifa (13 tahun), saat ini sekolah kelas 3 SMP, kemudian anak ke-tiga bernama Muhamad Firli (10 tahun), sekolah kelas 5 SD, sementara anak ke 4, merupakan anak dari suaminya saat ini, bernama Yursila ( 8 tahun ) Sekolah kelas 3 SD.
Dengan kondisi fisiknya yang mengalami kecacatan, Bu Emi mengaku banyak sekali ujian yang didapatnya. Anaknya, sering diejek teman-temannya karena memiliki Ibu yang cacat dan cuma seorang penjual Kue Apem. Tidak jarang, karena membela ibunya, anaknya tersebut sering berkelahi dengan anak lain yang mengejeknya.
“Kalau saya sudah biasa, cuma anak saya sering diejek, bahkan suka berkelahi karena katanya mereka mengejek saya. Meski sudah saya kasih pengertian, anak saya tetap tidak sudi jika ibunya dihina”, ujar Bu Emi berkaca-kaca.
Dulu, Bu Emi pernah berprofesi sebagai tukang minta-minta. Namun, semenjak menyadari kalau uang hasil dari meminta-minta kurang berkah, saat ini, Bu Emi lebih memilih menjadi tukang penjual Kue apem keliling. Beliau menjajakan kue Apem singkongnya itu dengan cara berkeliling dari satu gang ke gang yang lain dengan berjalan kaki menggunakan tongkatnya sebagai penopang kakinya yang cacat.
“Dengan saya tidak meminta-minta, Saya ingin menunjukan rasa Syukur kepada Allah terhadap pemberian bagian tubuh saya yang masih sempurna Pak… Saya juga ingin memberikan rezeki yang benar-benar halal serta baroqah untuk anak-anak, dengan harapan ketika Anak-anak memakan rezeki dari hasil keringat kerja saya, itu akan menjadi kebaikan untuk mereka”, ucap Bu Emi.
Hampir setiap hari, Bu Emi menjajakan dagangan dengan berjalan kaki menggunakan tongkat kayunya yang cukup berat. Dalam kondisi Panas ataupun hujan, setiap hari Ia harus berjalan kaki hingga 15 Km jauhnya. Bu Emi biasanya memulai berjualan dari jam 7 pagi sampai dengan jam 12 siang atau bahkan kalau jualan nya belum laku bisa sampai malam. Kue apem yang Bu Emi jual Ia ambil dari tetangganya dengan sistem setelah laku baru bayar.
Dari setiap bungkus, Bu Emi mendapat keuntungan hanya 1000 rupiah saja. Setiap harinya, Ia mampu menjual 10 s/d 35 bungkus.
“Ya tergantung Pak, kalau sepi kadang hanya 10 bungkus yang terjual, tapi kalau sedang ramai bisa sampai 35 bungkus yang terjual….” ,Ungkap Bu Emi.
Bu Emi bercerita, Ia pernah memiliki beberapa kali pengalaman pahit saat menjajakan dagangannya. “Pernah keserempet angkot sampe luka-luka. Pernah juga dagangan sekeranjang pas lagi shalat di masjid dicuri orang. Mau ganti bingung ga ada uang. Allhamdulillah yang punya apem baik hati Pak..katanya ikhlas, ga usah diganti”, ucap Bu Emi.
Suami Bu Emi, Pak Eko (40 tahun), saat ini bekerja serabutan sebagai supir pengantar galon, dengan bayaran cuma 500 rupiah dari setiap galon yang dia antarkan. Perharinya, Pak Eko bisa mengantarkan galon hingga 60 galon. Berarti, rata-rata sekitar 30 ribu upah yang bisa Ia dapatkan setiap harinya.
Saat ini, Bu Emi beserta keluarganya tinggal di rumah peninggalan Orangtuanya. Meski sempit dan sumpek serta berdesakan dengan keluarganya yang lain, namun Bu Emi tetap bersyukur masih ada tempat bagi Ia beserta Anak-anaknya untuk berteduh.
Beliau sangat berharap sekali bisa memiliki modal usaha untuk berjualan kue apemnya ini atau hanya sekedar membuka warung kelontong di rumahnya. Dengan begitu, beliau berharap dapat meningkatkan penghasilannya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya, serta agar bisa membiayai sekolah Anak-anaknya.
Yuk SahabatKU, kita bersamai perjuangan Bu Emi memperbaiki kondisi ekonominya melalui pemberian modal usaha, dengan menyisihkan sebagian rezeki SahabatKU di penggalangan dana ini.
Disclaimer: Dana yang terkumpul akan digunakan untuk modal usaha Bu Emi, biaya pendidikan Anak-anak Bu Emi, pemenuhan kebutuhan bulanan keluarga Bu Emi, pengadaan tongkat baru untuk Bu Emi dan jika terdapat kelebihan dana akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan para Dhuafa dan program lainnya, yang berada dibawah naungan Yayasan Sinergi Kebaikan Ummat.
BANTU IBU DIFABEL BIAYAI SEKOLAH ANAK-ANAKNYA
terkumpul dari target Rp 60.000.000