Pak Sumarliono merupakan pedagang angkringan di Desa Selo Boyolali, ia berjualan mulai dari pukul 4.30 Wib hingga sore hari. Sejak tahun 2011, pada sore hari ia sudah menutup warungnya untuk melanjutkan kegiatan mengajar bersama istrinya.

Ia mengajar anak-anak yang tinggal di sekitar rumahnya, yang jumlahnya mencapai 100 orang, dari TK hingga SMA. Beberapa waktu lalu, anak-anak yang belajar bersama pak Sumarliono sempat berkurang, karena kegiatan yang diduga diadakan “para misionaris” lebih menarik.

Beberapa anak memang lebih tertarik dengan ajakan berekreasi dan makan bersama. Maka akhirnya beberapa kegiatan di TPA ini dievaluasi dan kegiatan pembelajaran ditambahkan seperti belajar membaca, menulis.

Saat ini murid di TPA kembali mencapai 100 orang anak, terbagi menjadi 3 kelas yang diampu oleh pak Sumarliono dan istrinya tanpa imbalan apapun. Mereka rela meluangkan waktu dari pukul 15.00- 19.00 dengan konsekuensi angkringannya tutup lebih cepat.

Bisa di bayangkan kondisi rumah yang sederhana, anak-anak belajar di teras angkringan dengan keadaan serba terbatas. Menurut pak Sumarliono, anak-anak ini adalah amanah, mendapatkan pendidikan tentang keagamaan juga hak bagi setiap manusia.

Semangat juga keikhlasan Pak Sumarliono ini patut dipuji, makan untuk dapat menumbuhkan semangat anak-anak, ia asih membutuhkan sarana dan prasarana. Seperti Al-Qur’an, Iqro, Papan Tulis dan alat belajar.

TPA ini dibuat sukarela oleh Pak Sumarliono, makan anak-anak yang belajar disana tidak dipungut biaya apapun. Dalam kondisi yang serba kekurangan namun semangat pak Sumarliono dan anak-anak tidak terkalahkan oleh apapun.

Sahabat, bersama Pak Sumarliono mari kita bantu anak-anak didiknya bisa tetap belajar, mengaji, bermain dan berkreasi bersama. Karena bahagia itu adalah saat kita bisa berbagi kepada saudara kita, lantas kapan kita menjemput bahagia kita?

Berbuat Nyata, Berbagi Bahagia, bersama Sharing Happiness!!!