
Bantu pak Hambran Buta penjual tisu dan kerupuk
terkumpul dari target Rp 100.000.000
Di sebuah sudut kotal, di bawah terik matahari dekat dengan SPBU, seorang pria tua duduk di sebuah trotoar jalan. Tangannya yang kasar menggenggam beberapa bungkus tisu dan plastik berisi kerupuk. Namanya Pak Hambran, seorang tunanetra yang tetap gigih mencari nafkah dengan berjualan di pinggir jalan.

Pak Hambran sejak umur 6 tahun terkena penyakit panas yang menyebabkan pengelihatannya sejak saat itu berkurang. Dulu, ia seorang terapis pijat namun setelah Covid-19 melanda seluruh penjuru dunia pasien pijatnya pun semakin berkurang, ia harus mencari cara lain untuk bertahan hidup.

Setiap pagi menjelang siang, Pak Hambran berangkat dari rumah kontrakannya dengan bantuan tongkat kayunya. Ia berjalan perlahan, mengandalkan ingatan dan instingnya untuk sampai ke tempat ia biasa berjualan. Beberapa warga sekitar yang mengenalnya sering membantunya menyeberang jalan atau membimbingnya jika ada rintangan di depannya.

Hari itu, cuaca cukup terik, tapi Pak Hambran tetap semangat. Setiap kali lampu merah menyala, ia berjalan perlahan-lahan menawarkan kepda setiap kendaraan yang lewat menawarkan tisu dan kerupuknya.
“Tisu, kerupuk, Pak... Bu...,” suaranya lembut namun penuh harapan.
Beberapa orang membeli dagangannya, beberapa lainnya mengabaikan kehadirannya. Ada yang menolak dengan sopan, ada pula yang hanya melirik tanpa kata. Namun, Pak Hasan tak pernah menyerah. Setiap hari, ia selalu berusaha sebaik mungkin, tak peduli seberapa sulitnya.

Meskipun dunia gelap baginya, hatinya tetap terang oleh kebaikan dan harapan. Ia percaya, selama ia berusaha, rezeki akan selalu ada.
Bantu pak Hambran Buta penjual tisu dan kerupuk
terkumpul dari target Rp 100.000.000
