Sebungkus Kerupuk Penyambung Hidup
terkumpul dari target Rp 65.312.000
Setelah alami struk hingga lumpuh 5 tahun lalu, Pak Nurfa’i bersama istri (Bu Suwarni) dan anak (Lintar) tinggal di gubuk daerah Tegal Datar, Kab. Purwakarta dengan kondisi jauh dari kata layak. Mereka harus pindah setelah semua hartanya habis digunakan untuk biaya pengobatan Pak Nurfa’i. Bahkan Lintar terpaksa putus sekolah.
Dulu Pak Nurfa’i seorang pekerja keras. Ia bekerja jadi supir truk tronton antar pulau. Namun suatu pagi, tiba-tiba ia merasa kesemutan di seluruh tubuh dan tak bisa beranjak dari tempat tidur.
Kini Bu Suwarni menjadi tulang punggung keluarga dengan berjualan kerupuk keliling, jalan kaki melewati hutan dan jalanan yang terjal demi penghasilan tak lebih dari 10.000 per hari.
"Harga dari juragan 800, saya jual 1.000. Sehari Alhamdulillah bisa terjual 40 sampai 50 bungkus. Yang penting bisa beli beras, buat lauknya biasanya sama kerupuk aja,” ungkap Bu Suwarni.
Lintar pun tak ingin diam saja. Ia ikut mencari uang dengan memetik buah kelapa yang diberi upah Rp500 per kelapa. Jika banyak yang memintanya memetik buah kelapa, Lintar bisa membawa Rp5.000 – 10.000 lalu diserahkan kepada ibunya. Namun itupun tidak setiap hari.
"Saya ingin sembuh. Hancur hati saya liat anak dan istri saya banting tulang, sedangkan saya ga bisa apa-apa," ucap Pak Nurfa'i sambil terisak.
Tak ingin terus menjadi beban, Pak Nurfa'i setiap hari terus berlatih berjalan di lintasan sederhana yang dibuat dari bambu dan kayu alakadarnya. Ini satu-satunya ikhtiar yang bisa dilakukan setelah 3 tahun lamanya tidak pernah menjalani pengorbatan apapun.
Insan Baik, jangan biarkan keluarga luar biasa ini berjuang sendiri. Yuk temani perjuangan mereka dengan bantuan terbaik!
Disclaimer: Donasi yang terkumpul akan digunakan untuk modal usaha, pengobatan Pak Nurfa'I, dan biaya sekolah Lintar. Donasi juga akan digunakan untuk penerima manfaat lain dampingan Amal Baik Insani.
Sebungkus Kerupuk Penyambung Hidup
terkumpul dari target Rp 65.312.000