Perjuangan Anak Yatim Demi Merawat Sang Ibu
terkumpul dari target Rp 68.000.000
"Aku takut ibu pergi seperti bapak. Aku ga mau kehilangan ibu. Aku akan terus berusaha untuk nabung biar bisa bawa ibu berobat."
Sejak ayah dan kedua kakaknya meninggal dunia, Septi (11) tinggal berdua bersama ibunya, Bu Atisah (50) yang menderita sakit diabetes selama 2 tahun dan mengakibatkan Bu Atisah buta. Fisik Bu Atisah juga sangat lemah dan sering sesak.
Hampir setiap hari, setelah pulang sekolah Septi merawat ibunya dan membersihkan rumah. Setelah itu Septi jualan gorengan keliling dengan berjalan kaki sejauh 15 kilometer. Satu gorengan pun hanya dihargai Rp1.000, jadi dalam sehari Septi biasanya dapat Rp10.000.
Wajahnya pucat dan lesu, tapi Septi terus menawarkan gorengannya ke setiap orang yang ditemuinya, namun jualannya tidak banyak laku. Kadang Septi jualan sampai malam hari sambil hujan-hujanan demi mendapatkan uang hari itu untuk makan.
"Kalo di jalan aku cuma kepikiran gimana buat beli makanan dan obat buat ibu. Aku juga sering kepikiran tunggakan sekolah," ungkap Septi.
Septi sering tertidur di pinggir jalan beralaskan sandal sambil meringkuk memegang lututnya. Septi juga mengerjakan PR dan belajar sambil menunggu pembeli.
Insan Baik, yuk temani perjuangan Septi untuk bisa bawa ibunya berobat dan tidak putus sekolah!
Disclaimer: Donasi yang terkumpul akan digunakan untuk biaya pengobatan Bu Atisah, kebutuhan sekolah Septi, dan kebutuhan pokok lainnya. Jika terdapat kelebihan dana akan digunakan untuk penerima manfaat dan implementasi program lainnya di bawah naungan Yayasan Amal Baik Insani.
Perjuangan Anak Yatim Demi Merawat Sang Ibu
terkumpul dari target Rp 68.000.000