Dukung Pejuang Braille Memiliki Pesantren Tunanetra
terkumpul dari target Rp 250.000.000
Dukung Rastini Pejuang Al Quran Braille Miliki Pesantren Tunanetra
Rastini tampak sibuk menusuk-nusukkan sebuah pena khusus ke dalam cetakan huruf Braille yang didalamnya sudah dipasang selembar kertas. Hasilnya kertas tersebut tercetak beberapa seperti titik-titik timbul yang ternyata adalah aksara arab braille.
Kertas itu kemudian diberikan kepada Suci, Suci adalah salah seorang tunanetra sedang belajar mengenal huruf-huruf Al Quran kembali tapi kali ini yang Suci pelajari adalah huruf Al Quran braille dikarenakan Suci yang mengalami kebutaan akibat glukoma beberapa tahun silam.
Suci memang tidak sendiri belajar di Nurul Qalbi pesantren khusus penyandang tuna netra, ada lebih dari dua puluh orang tuna netra sengaja datang berkumpul untuk mendapatkan ilmu Al Quran. Rumah Zakat sebelumya memberikan bantuan beberapa paket Al Quran Braille kepada Pesantren yang diasuh langsung oleh Rastini dikarenakan antusiasme para penyandang tuna netra ini untuk belajar Al Quran Braille.
Rastini mengalami kebutaan sejak usia dua tahun, tapi semangat untuk mendapatkan ilmu, khususnya ilmu agama Rastini tidak menyerah begitu saja. Perempuan yang sekarang sudah berusia 38 tahun ini waktu kecil sangat bersemangat untuk ingin membaca bahkan dikenal punya kreativitas diatas rata-rata, dimulai dari masuk Sekolah Luar Biasa (SLB) tingkat SD Rastini meneruskan ke tingkat SMA bahkan Ibu dengan 2 anak ini mampu membuat karya Puisi dan sempat dimuat di majalah, Rastini bahkan mendapatkan beasiswa di SMA N 7 Kota Bandung dan melanjutkan untuk mengikuti perkuliahan disalah satu perguruan tinggi di Kota Bandung.
Saat ini di Cirebon Rastini sangat bersemangat mengajarkan Al Quran Braille kepada teman-temannya sesama tunanetra yang tergabung dalam komunitas Ikatan Tuna Netra Muslim (ITMI) Kabupaten Cirebon dengan cara berkeliling bergiliran ke setiap rumah-rumah para anggotanya. Dan jarak yang ditempuh cukup jauh untuk ukuran orang mengalami keterbatasan penglihatan.
Wanita asal Desa Hulubanteng, Kecamatan Pabuaran, Kabupaten Cirebon ini adalah Guru Al Quran Braille di ITMI Kab Cirebon dan sekarang mendirikan Pesantren Nurul Qalbi di rumahnya yang sering dijadikan tempat berkumpul 30 lebih komunitas tuna netra Kab Cirebon untuk belajar mengenal huruf Al Quran, belajar mengetik komputer dan pelatihan membuat telor asin.
Suami Rastini, Harianto juga tunanetra yang kesehariannya mengandalkan pendapatan dari memijat dan mendapatkan upah Rp50.000,- per orang, kadang-kadang ada orang yang minta dipijat 3 sampai 5 orang, tapi juga pernah tidak ada sama sekali orang yang memanggilnya untuk dipijat.
Selain Rastini ada juga Lamsu (52 Tahun) penyandang tuna netra yang juga mengandalkan kesehariannya dari panggilan pijat untuk menghidupi keluarganya dan menyekolahkan kedua anak-anaknya, salah satu anaknya cukup beruntung karena walaupun sekolahnya sempat beberapa kali menunggak SPP bulanan, kini bias mengenyam bangku kuliah dengan biaya support dari salah satu pasien pijatnya yang bersedia membiayai secara penuh sampai selesai.
SobatZakat kita bantu Rastini, Lamsu dan komunitas tunanetra lainnya yang bermimpi untuk memiliki Pesantren Tuna Netra untuk belajar Al Quran, Rastini tidak sendiri ada 30 orang lebih teman-teman tunantera yang kesehariannya mengandalkan penghasilan dari memijat, semoga mereka tetap semangat untuk memberikan manfaat kepada yang lainnya.
Seorang laki-laki bertanya kepada Nabi SAW, “Perbuatan apa yang terbaik di dalam Islam?” Nabi SAW menjawab, “Kamu memberi makan kepada orang lain.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Sobat Zakat mari kita #bergeraknyata untuk saudara-saudara dengan berdonasi untuk sahabat difabel untuk gotong royong memberikan hadiah pesantren tunanetra dengan cara:
Klik "DONASI SEKARANG"
Dukung Pejuang Braille Memiliki Pesantren Tunanetra
terkumpul dari target Rp 250.000.000