Stroke Berat, Lansia Memulung Berkilo Meter Demi Bisa Makan
terkumpul dari target Rp 25.000.000
Pemandangan tak biasa tampak di samping jalan siang itu. Matahari tengah tinggi, nampak seorang Lelaki tua berjalan tertatih dengan menyeret sebelah kakinya yang terlihat di bungkus kantong kresek. Sedang sebuah karung besar nampak tergantung di pundaknya ditopang oleh sebelah tangan, sedang sebelah tanganya nampak mengkerut di dada. Sebuah postur khas seorang penderita stroke.
Abah Ajat namanya, dan ternyata usianyapun sudah sangat lanjut genap 70 tahun usia beliau. dan benar saja Ia sudah 4 tahun ini menderita stroke serta telah 2 tahun terpaksa hidup sebatang kara.
Saat kami mencoba bertanya padanya tentang penghasilannya, ia menjawab “ Nya kenging we 50 rebu mah pami di kempelkeun dua minggon (Pendapatan Bah Ajat hanya 50 ribu dalam 2 minggu)”. Sungguh tak bisa dipercaya, namun itulah kenyataannya.
Karena itulah Bah Ajat sering kelaparan akibat harus bisa mencukupi kebutuhan makannya selama ia mengumpulkan sampah di jalanan.
Saat kami memberinya sebotol air dan sepotong roti, tampak Bah Ajat berkaca-kaca. Ia hanya tertunduk seolah apa yang kami berikan adalah barang yang sangat berharga.
Tangannya gemetar saat ia makan dan minum pemberian kami. Sangat terlihat bahwa ia belum makan siang itu. Badannya yang bungkuk dan kurus semakin membuat kami iba. Kami akhirnya mengantarkan Abah Ajat untuk menuju ke rumahnya.
Saat sampai di rumah beliau, hati kami terasa seperti terpukul. Bah Ajat hanya menempati bangunan berukuran 3 meter persegi saja. Itupun bangunan milik orang lain yang ia tinggali atas izin pemiliknya.
“Bujeng-bujeng kangge ngontrak, kantenan meser bumi mah. Kangge tuang ge sesah (Jangankan untuk sewa tempat tinggal, apalagi membeli rumah. Untuk makan saja sulit). Itulah kalimat yang terucap dari mulut Bah Ajat saat kami bertanya tentang tempat tinggalnya itu.
Terlihat di ruangan kecil itu barang-barang bekas berserakan tak teratur. Lantai dan dinding yang kotor menjadi penghias yang seolah biasa bagi Bah Ajat. Kasur tipis yang lusuh menjadi tempat bagi Bah Ajat melepas lelah setiap harinya.
Sedangkan kedua putranya di bawa oleh sang istri yang memilih pergi dan menikah lagi.
"Saya tidak menyalahkan mantan istri saya, semua harta kami habis untuk berobat saya tapi kondisi saya tetap begini, sedang untuk sekedar makan saja kami sangat kesulitan. Setidaknya kini mereka bisa mendapat hidup yang lebih baik disana" Ungkap Abah Ajat dengan tertunduk.
Ia tak mengeluh tentang tempatnya tinggal, karena baginya itulah tempat ia bisa berteduh dan melepas lelah. Meskipun ia tak tahu bisa sampai kapan ia meninggali tempat itu. Dalam hati kecilnya ia takut jika suatu saat ruangan itu akan digunakan, ia harus tinggal dimana?
Insan Baik, Bah Ajat membutuhkan pertolongan kita. Ia ingin mempunyai tempat tinggal sendiri meskipun sederhana. Dan dengan kondisinya, Bah Ajat seharusnya punya usaha yang tak mengharuskannya banyak berjalan. Mari bantu Bah Ajat memiliki rumah dan modal usaha di masa tuanya. Mari hadirkan senyum di senja usia Abah.
Disclaimer: Donasi yang terkumpul akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok serta memberinya tempat tinggal yang layak dan modal usaha untuk Abah Ajat. Sebagian donasi yang terkumpul juga akan digunakan untuk membantu saudara-saudara kita yang membutuhkan serta keberlangsungan program sosial kemanusiaan dibawah naungan dan pendampingan Yayasan Amal Baik Insani.
Stroke Berat, Lansia Memulung Berkilo Meter Demi Bisa Makan
terkumpul dari target Rp 25.000.000