Lansia Tunanetra Pemecah Batu Asuh 65 Anak Yatim Piatu
terkumpul dari target Rp 70.000.000
Pak Sarono, seorang pria berusia 69 tahun yang telah menikah selama puluhan tahun namun belum dikaruniai keturunan, mungkin belum merasakan seperti apa rasanya memiliki anak sendiri. Ia belum pernah menerima kasih sayang seorang anak atau merasakan kebahagiaan mengajarkan mereka berjalan, membaca, menulis, dan berbagai hal lainnya.
Namun, keinginannya untuk hidup penuh berkah dan bermanfaat bagi orang lain membawanya pada keputusan mulia untuk merawat 65 anak yatim piatu yang tinggal di sekitar rumahnya. Dari yang masih kecil hingga yang telah beranjak besar, semua anak itu dirawat dengan penuh kasih sayang oleh Pak Sarono.
Meski pekerjaannya sebagai pemecah batu yang diolah menjadi pasir bukanlah hal yang mudah, apalagi dengan kondisi kehilangan penglihatannya, Pak Sarono tetap menjalani tugasnya tanpa kenal lelah. Setiap hari ia bekerja keras dari pagi hingga malam, mengumpulkan batu dari sampah toko bangunan. Bahkan, tidak jarang jarinya terluka akibat terkena palu, namun rasa sakit itu ia abaikan demi terus bekerja. Penghasilannya pun tak menentu, hanya cukup untuk makan seadanya bagi dirinya, istri, dan anak-anak asuhnya.
Layaknya seorang ayah, Pak Sarono sering kali khawatir dengan kebutuhan anak-anaknya, mulai dari keperluan sekolah hingga hal-hal kecil seperti sepatu dan jajanan. Dalam lirihnya, ia berkata, "Kadang kalau lagi kepikiran anak-anak di rumah, saya suka nggak fokus dan hasil kerja saya jadi kurang baik, sering kena palu atau pasirnya masih kasar."
Pak Sarono juga sering mengalah saat soal makanan. Ia rela menahan lapar agar anak-anak asuhnya bisa makan terlebih dahulu. Selain perhatian, ia juga membekali anak-anaknya dengan ilmu agama, mengajari mereka sholat, mengaji, dan nilai-nilai agama lainnya. Setiap kali melihat anak-anak asuhnya bahagia, rasa lelah Pak Sarono pun sirna.
Layaknya seorang Ayah kepada anaknya, Ungkap Pak Sarono,
“Saya suka kepikiran anak-anak dirumah, ada yang butuh bayar sekolah, ada yang belum punya sepatu, ada yang nangis karena ingin jajan. Itu yang buat saya suka kepalu jarinya kang, kadang ke hasil pasirnya juga jadi jelek banyak yang masih kasar sampe suka di marahin pembeli..” lirihnya
Tak jarang juga Pak Sarono mengalah kepada anak-anaknya jika soal makanan. Beliau rela menahan lapar, supaya anak yang diasuhnya bisa makan terlebih dahulu.
Musim hujan menjadi tantangan tersendiri bagi Pak Sarono. Hujan sering kali menghanyutkan pasir yang telah ia garap seharian, meskipun ia sudah berusaha menutupinya dengan kain terpal. Namun, dengan ketulusan hati, ia selalu berdoa agar hujan yang datang membawa berkah dan mengganti pasir yang hilang dengan rezeki untuk dirinya dan anak-anak asuhnya.
Pak Sarono sudah bekerja sekeras mungkin untuk memenuhi kebutuhan istri dan 65 anak yatim piatu yang ia asuh. Namun, masih banyak kebutuhan yang belum bisa terpenuhi.
#TemanKebaikan, melalui bantuanmu, rezeki untuk mereka dapat mengalir lebih lancar. Apakah kamu ingin membantu Pak Sarono agar ia bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih layak dan dapat mencukupi kebutuhan anak-anak asuhnya? Yuk bersama Pak Sarono kita muliakan anak yatim!
Lansia Tunanetra Pemecah Batu Asuh 65 Anak Yatim Piatu
terkumpul dari target Rp 70.000.000