Tumor semakin menyebar, keluarga Pak Sarkoi terancam kehilangan tulang punggung keluargaTumor semakin menyebar, keluarga Pak Sar
terkumpul dari target Rp 40.000.000
Saya ingin sehat kembali, bisa terus beribadah dengan nyaman dan menemani istri dan anak saya tanpa khawatir akan penyakit saya” lirih Pa Sarkoi
Itulah harapan Pa Sarkoi (72), seorang kepala keluarga yang harus terpaksa berhenti bekerja sebagai kuli panggul karena penyakit tumor yang dideritanya sejak 2015 lalu, Benign neoplasm of parotid gland. Pa Sarkoi hanya bisa beraktifitas di sekitar rumah dan kini hanya bekerja buruh sebagai pengarit rumput. Pa Sarkoi tidak dapat bekerja seperti dahulu lagi sebagai kuli panggul karena Pa Sarkoi akan langsung merasakan pusing dan lemas serta sakit yang tak tertahankan jika beraktifitas yang terlalu berat. Pa Sarkoi sempat putus asa dengan tumor yang tumbuh di pipinya karena rasa sakit yang harus Ia tahan hingga sering membuatnya menangis dan meringis. Namun melihat istri yang sudah sama rentanya dengan Pa Sarkoi serta anak satu-satunya yang selalu setia menemani dan memberikan dukungan, Pa Sarkoi kembali mendapatkan semangat untuk sembuh.
Pa Sarkoi tidak pernah menyangka pekerjaan kuli panggul yang dulu dapat menafkahi anak istrinya justru membuat Ia menderita tumor. Bermula ketika Ia sempat terbentur sudut meja saat bekerja dan menimbulkan benjolan di pipinya. Benjolan yang muncul di pipi Pa Sarkoi kini telah menyebar ke bagian telinga dan semakin membesar walaupun sebelumnya Pa Sarkoi pernah menjalani operasi pada tahun 2015 lalu. Bahkan mengakibatkan pendengaran sebelah kanan Pa Sarkoi tidak berfungsi, mata sebelah kanan beliau tidak dapat tertutup dan mulut Pa Sarkoi yang tidak bisa terbuka lebar. Akibatnya seluruh aktifitas yang biasanya bisa dilakukan Pa Sarkoi dengan mudah dan nyaman, kini Ia harus berjuang menahan sakit yang bahkan tak jarang mengeluarkan darah serta nanah. Ia sering kali bersedih karena kini bahkan tidak dapat beribadah dengan nyaman, ditambah lagi perasaan bersalah Pa Sarkoi kepada istri dan anaknya karena Ia sudah tidak dapat lagi bekerja maksimal untuk menafkahi keluarganya
Kini Pa Sarkoi mengobati benjolannya hanya dengan pengobatan seadanya dirumah karena pendapatan yang beliau hasilkan dari mengarit tidak lebih dari lima puluh ribu, serta kondisi fisik yang menurun. Istri Pa Sarkoi sudah tidak lagi muda dan sering mudah lelah, bahkan untuk merawat Pa Sarkoi dan mengurus anaknya yang masih sekolah saja harus dengan susah payah. Kondisi itulah yang semakin membuat Pa Sarkoi semakin sedih karena hanya Pa Sarkoilah tulang punggung yang diandalkan di keluarganya, Ia ingin segera sembuh dan dapat beraktifitas seperti semula, namun biaya yang dibutuhkan tidak mudah Ia dapatkan.
Tumor semakin menyebar, keluarga Pak Sarkoi terancam kehilangan tulang punggung keluargaTumor semakin menyebar, keluarga Pak Sar
terkumpul dari target Rp 40.000.000