Tukang Pijit Tuna Netra Hidup Sebatang Kara
terkumpul dari target Rp 100.000.000
"Pernah menikah sekali, tapi baru satu bulan istri saya minta pisah nyesel mungkin nikah sama orang buta" pak Ade mengisahkan kenapa dia akhirnya hidup sebatang kara.
Bukan tidak ingin berkeluarga tetapi kenangan pernikahan pertamanya sepertinya begitu membekas sehingga Pak Ade ( 56 tahun ) memilih untuk tidak menikah lagi.
Terlahir normal dan bisa melihat, namun pasca di khitan di usia 7-8 tahun kondisi pak ade kecil tiba-tiba mengalami demam tinggi dan berangsur kehilangan penglihatan nya hingga kini Ia menjadi tuna netra.
Beruntung ketika belajar mengaji di pesantren sang Guru mengajarkan pak Ade pijat dan urut sehingga kini keahlian itu menjadi sumber mata pencaharian pak Ade untuk menyambung hidup.
Namun usia yang sudah tidak muda lagi dan pandemi yang melanda dua tahun ini membuat pak Ade hampir tidak memiliki penghasilan sama sekali, beruntung jika untuk sekedar makan masih ada kerabat dan tetangga yang berkenan membantu.
Pak Ade kini tinggal seorang diri di sebuah gubuk mungil semi permanen berukuran 3 x 4 meter hasil swadaya masyarakat yang berdiri di tanah salah satu kerabatnya.
Meski tidak dapat melihat semua kegiatan keseharian nya di lakukan sendiri dari mulai membersihkan rumah, sampai dengan mengambil air yang jaraknya lumayan jauh dari rumah salah seorang kerabat untuk keperluan MCK di lakukan layaknya mereka yang dapat melihat kecuali memasak, karena khawatir dengan keselamatan pak Ade, para tetangga melarangnya untuk memasak.
"Alhamdulillah semenjak PPKM di buka saya mulai mendapat panggilan memijat lagi, walau tidak sebanyak dulu sekarang paling 1 sampai 2 orang sehari walau belum tentu setiap hari ada" Pak ade mengisahkan
Jika pelanggan yang sudah pak Ade tau rumahnya biasanya ia berjalan sendiri dengan di temani tongkatnya dan menjinjing minyak urut tapi kalau yang belum pak Ade tau biasanya pak ade minta untuk diantar jemput oleh pelanggannya.
Untuk sekali memijat pak ade tidak mematok harga tergantung pemberian pelanggan nya, paling jika di rata-rata antara Rp. 25.000 sampai dengan Rp. 40.000 biasanya mereka memberi upah kepada pak Ade. Uang tersebut sebagian besar pak Ade berikan kembali kepada kerabat dan tetangganya yang biasanya membatu memberi makan pak Ade.
Di tengah segala keterbatasan nya pak Ade memang sangat dermawan jika Ia memiliki rezeki iya selalu membaginya dengan para tetangganya karena menurut pak Ade buat apa menyimpan-nyimpan uang atau harta toh dia hidup seorang diri dan tujuan hidup beliau adalah untuk beramal karena akhirat lah tempat tinggalnya yang sesungguhnya.
Ketika kami tanya apa impiannya saat ini, pak Ade menyampaikan jika Ia ingin sekali untuk dapat melaksanakan ibadah umroh mumpung masih kuat katanya dan kalau bisa Ia juga ingin meghajikan almarhumah mendiang ibundanya.
Sungguh keinginan yang sangat mulia.
Insan Baik sungguh sebuah kebahagiaan jika kita dapat bersama-sama mewujudkan mimpi pak Ade untuk dapat melaksanakan ibadah umroh mari kita berikan doa dan sedekahkan terbaik kita untuk nya.
Disclaimer : Donasi yang terkumpul akan digunakan untuk mewujudkan mimpi pak ade juga untuk pemenuhan kebutuhan pak ade lainnya, juga untuk penerima manfaat lainnya di bawah pendampingan Anak Baik Insani.
Tukang Pijit Tuna Netra Hidup Sebatang Kara
terkumpul dari target Rp 100.000.000