TUKANG PIJAT KELILING TINGGAL DI RUMAH TERBENGKALAI
terkumpul dari target Rp 75.000.000
“Kring…kring…kring….Pijit Pak..Pijit Bu…kring..kring..kring”. Sekilas, terdengar bunyi bel dari sepeda tua yang dikayuh seorang pria tua yang tampak terseok-seok kelelahan. Sesekali, pria tua tersebut berteriak menawarkan jasa pijat sambil terus tanpa henti mengayuh sepedanya membelah jalanan di tengah panasnya udara Kota Cirebon.
Siang itu, tanpa sengaja kami bertemu dengan Pak Tua di jalanan. Karena penasaran, kami terus mengikuti Pak Tua ditengah suara hiruk-pikuk padat dan bisingnya kendaraan. Sambil terus memperhatikan dan mengikuti Pak Tua dari belakang, di punggungnya, Pak Tua terlihat menggendong papan dengan tulisan PIJAT SEHAT, KUAT, SEMANGAT, HEBAT dan BELAJAR BICARA BAHASA INGGRIS.
Kami pun semakin penasaran ingin mengenal sosok Pak Tua tersebut. Hingga akhirnya, selepas melewati rel kereta, Pak Tua berbelok memasuki rumah tua peninggalan Belanda yang tampak kosong, tidak terurus dan terbengkalai.
Sedikit terheran, kami pun mengikuti dan memperhatikan sekeliling rumah tua yang memang benar-benar terbengkalai tidak terurus. Kami perhatikan, didalamnya terdapat karpet lusuh yang tergelar di tengah ruangan, ada sebuah tas dan plastik yang tergantung di pinggir ruangan.
Meski luas dan bergaya Eropa, kesan dingin sangat tampak di sekeliling rumah tua tersebut. Di setiap sudut ruangan kondisinya sudah tidak layak untuk ditempati. Selain kotor, banyak tumbuhan liar yang tumbuh. Tiang kayu, langit-langit dan temboknya sudah banyak yang rapuh.
Kami pun masuk dan menyapa beliau serta memperkenalkan diri. Setelah berbincang sedikit, akhirnya kami tahu Pak Tua tersebut bernama Abdul Kholik (65 tahun). Beliau mengaku seorang pensiunan guru honorer yang saat ini berprofesi sebagai tukang pijat keliling.
Meski terlihat kelelahan, dengan senyum terus terkembang, beliau bercerita bahwa saat ini, dengan sangat terpaksa tinggal dirumah tua peninggalan Belanda tersebut. “ Saya sudah minta izin Pak tinggal disini. Daripada mesti tidur di kolong jembatan atau pinggir jalan, terpaksa saya tinggal di rumah tua ini sendiri. Kalau malem ya gelap total aja..ga ada listrik. Tidur ya cuma di karpet bekas aja. Mau ngontrak kamar uangnya ga akan cukup Pak”, ujar Abah Abdul.
“Awalnya ya memang agak khawatir tinggal sendiri di rumah tua ini. Cuma ya gimana lagi..Allhamdulillah aman aja Pak. Sudah 3 tahun tinggal disini. Dulu sempat kaya ada yang ganggu-ganggu sedikit. Ada bayangan kaya penampakan tapi ga tau makhluk apaan..Tapi ya saya anggap biasa aja..Perkenalan mungkin pak… Yang saya khawatirkan pernah ada maling masuk. Untung ketauan, saya teriakin aja malingnya ”, tambah Abah Abdul.
Abah Abdul, dulunya merupakan seorang guru honorer. Beliau mengajar Bahasa Inggris di sebuah sekolah swasta di daerah Cirebon. Sehingga, tak heran jika dia begitu fasih berbicara bahasa Inggris saat kami memintanya untuk berbicara bahasa asing tersebut. Keluarganya saat ini tinggal di Kab Kuningan, Jawa Barat.
“Mau tinggal dimana kalau keluarga saya bawa kesini. Kalau mereka ikut berarti saya harus mengontrak rumah. Gak sangup bayar kontrakan Pak. Tapi, kalaupun mereka tinggal di rumah ini, kasian Pak,,,bisa liat sendiri kondisinya seperti apa? Tidur saja saya hanya menggunakan karpet bekas yang sudah lepek”, ujar Abah Kholik.
Karena statusnya hanya sebagai guru honorer biasa, beliau mengaku tidak mendapatkan gaji pensiun. Padahal, beliau sudah mengabdi puluhan tahun sebagai tenaga pengajar guru Bahasa Inggris di sebuah sekolah swasta.
Karena kebutuhan ekonomi dan mesti terus menghidupi keluarganya yang tinggal di kampung, Abah memilih menjadi tukang pijat keliling. “Dulu waktu masih guru honorer, gaji Abah sekitar 500 ribu. Akhirnya Abah kerja sampingan jadi tukang pijit. Ya sampe sekarang ini..Cuma ya gitu, ga menentu penghasilan jadi tukang pijit. Hari ini aja Abah belum dapet pelanggan. Mudah-mudahan besok Abah dapet rejeki ”, harap Abah.
Abah Kholik adalah sosok pejuang keluarga pekerja keras yang tak kenal lelah. Setiap hari, Abah mengayuh sepedanya sejauh 20Km lebih. Meski tidak mematok tarif, dari hasil memijat, jika beruntung paling banyak Abah mengaku mendapat sekitar 70 ribu, meski terkadang mendapat hanya sekitar 40 ribu rupiah.
“Pernah tertabrak, kesenggol mobil juga pernah. Saya luka-luka tapi mobilnya ga berenti. Ketipu juga pernah pas lagi mijit. Tapi ya itu resiko kerja..Allah udah ngatur rejeki untuk saya dan keluarga. Banyak Pak pokoknya suka duka jadi tukang pijat keliling. Saya Nikmati aja”, ujar Abah.
SahabatKU, Abah Kholik berharap sekali bisa memliki modal usaha untuk berjualan di kampung halaman, agar tidak harus jauh-jauh meninggalkan keluarga. Ditambah usianya yang sudah tua, mungkin beberapa tahun lagi Abah sudah tidak sanggup lagi jika harus menggowes sepeda bututnya untuk berkeliling menawarkan jasa pijat. Padahal, Abah masih memiliki tanggungan Istri dan anaknya yang masih sekolah.
Yuk kita semua patungan, untuk memberikan apresiasi modal usaha bagi Abah Kholik seorang lansia mantan guru yang saat ini berprofesi sebagai pijat keliling!
Disclaimer: Dana terkumpul akan digunakan untuk modal usaha Abah Kholik, dana pendidikan anak Abah Kholik, kebutuhan bulanan Abah Kholik beserta keluarga dan jika terdapat kelebihan dana, akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan para Dhuafa dan program lainnya yang berada dibawah naungan Yayasan Sinergi Kebaikan Ummat.
TUKANG PIJAT KELILING TINGGAL DI RUMAH TERBENGKALAI
terkumpul dari target Rp 75.000.000