LANSIA LUMPUH, TINGGAL DI TOILET SEMPIT SEORANG DIRI
terkumpul dari target Rp 100.000.000
"Mbah lagi nunggu mati!", ucap beliau dengan suara yang lemah saat kami tanyai.
Mbah Warih ( 75 tahun), tinggal di sebuah Toilet sempit berukuran 2 x 1 meter. Sehari-hari, Mbah hanya bisa duduk melamun tanpa bisa bepergian kemana-mana karena mengalami kelumpuhan pada kaki, pinggul dan tangannya dari semenjak lahir.
“Sering ular masuk kesini, kadang juga ada kelabang, kaki seribu sama binatang-binatang kecil lain. Mbah cuma pasrah. Ga bisa gerak. Paling diusir sebisanya..Allhamdulillah tapi ga kenapa-kenapa”, ucap Mbah Warih.
Semenjak 8 tahun yang lalu, Mbah yang seumur hidupnya tidak pernah menikah, tinggal di toilet yang sempit dan kumuh tersebut. Tembok bata toilet sudah terkelupas dan terus berdebu. Didalamnya, terdapat 2 buah ember hitam yang terletak dibawah keran air. Tumpukan baju beliau letakan di sudut toilet. Sedangkan closet untuk buang air besar, Mbah tutup menggunakan sebuah meja, dengan diatasnya terdapat galon sebagai tempat air minum Mbah.
Jika hujan, atap toilet bocor. Kondisi diperparah dengan air pembuangan hujan dari halaman dan rumah tetangganya yang mengarah ke pintu toilet tersebut. Sehingga, jika hujan sudah pasti menggenang banjir. Jika begitu, Mbah tidak bisa berbuat banyak karena kelumpuhannya ini. Mbah hanya bisa menadah air hujan dengan menggunakan ember dan mengelap lantai WC dengan kain lap agar lantainya tetap kering.
Makan, minum, mandi, buang air kecil bahkan buang air besarpun semua Mbah lakukan disana. Bahkan, untuk tidur pun berdampingan dengan closet tempat buang air besarnya. Hanya beralaskan kain tipis tanpa ada selimut.
Setiap hari, kondisi tubuh Mbah Warih kian memperihatinkan. Tubuhnya kurus keronta terutama dibagian tangan, kaki dan pinggang. Bagian jari-jari tangan mbah Warih sudah tidak bisa digerakan, begitupun dengan kakinya yang hanya bisa duduk tidak bisa diluruskan dan untuk pinggangnya pun bengkok tidak bisa tegak.
Untuk kebutuhan makan sehari-hari, beliau beliau dibantu adik iparnya, Mbah Be’ah (67 tahun). Sehari-hari, Mbah Be’ah bekerja sebagai buruh tani. Beliau bekerja hampir setiap hari dari jam 6 pagi sampai dengan jam 2 siang tergantung yang menyuruhnya. Dari hasil bekerja sebagai buruh tani, Mbah Beah bisa mengantongi uang tidak lebih dari 40 ribu rupiah atau kadang dibayar dari hasil pertanian seperti kacang hijau, gabah dan sayur mayur.
“Bingung pak, kalau tinggal di dalam rumah, karena lumpuh, Mbah Warih untuk buang air besar dan buang air kecil suka dimana saja. Sehingga dirumah itu bau gak karuan, apalagi kasian kalau ada tamu… Makanya, karena ga ada ruangan lain, kami terpaksa memindahkan Mbah di toilet dekat rumah ”, ungkap Mbah Be’ah saat ditanya kenapa Mbah Warih tinggal di toilet.
“Jangankan untuk membangun rumah atau membeli rumah untuk tempat tinggal Mbah, untuk makan sehari-hari saja saya dan suami kesulitan Pak… untuk merenovasi toilet itu saja, kami enggak punya biayanya …” lanjut Mbah Be’ah.
SahabatKU Yuk kita bantu Mbah Warih agar memiliki tempat tinggal yang lebih layak dan nyaman dalam menjalani hidup di usianya yang senja, juga untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dan dapat sekedar bisa makan setiap harinya sehingga terpenuhi Gizi dan Vitaminya.
Disclaimer: Dana yang terkumpul akan digunankan untuk biaya relokasi atau renovasi tempat tinggal Mbah Warih, kebutuhan sehari-hari Mbah Warih, penunjang kesehatan Mbah Warih dan jika terdapat kelebihan dana akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan para lansia dhuafa dan program lainnya yang berada dibawah naungan Yayasan Sinergi Kebaikan Ummat.
LANSIA LUMPUH, TINGGAL DI TOILET SEMPIT SEORANG DIRI
terkumpul dari target Rp 100.000.000