LANSIA SEBATANG KARA RAWAT ANAKNYA PENGIDAP KELUMPUHAN
terkumpul dari target Rp 100.000.000
“Kalo emak meninggal, Dede mau ikut emak aja,” ucap Dede Aris (32) sambil terbata-bata.
Dede mengidap Cerebral Palsy dan hanya dirawat oleh ibunya, Mak Yani (68), yang sudah lansia. Kondisi ekonomi yang sangat terbatas membuat Dede belum pernah dibawa berobat baik ke puskesmas maupun rumah sakit.
Dede hanya bisa tiduran saja, tidak bisa menggerakan kaki dan tangannya yang bengkok. Bicarapun terbata-bata, hanya pendengaran dan penglihatannya yang normal.
Sejak ayah Dede meninggal dunia, mereka tinggal berdua di gubuk sempit dan keropos. Hampir semua bangunan terbuat dari kayu dan anyaman bambu yang sudah terlihat hampir roboh. Untuk minum dan mandi, Mak Yani harus jalan kaki 2x sehari sejauh 1 km untuk mengambil air di tengah hutan menggunakan jerigen.
Jarak dari kampung terdekat ke rumah Mak Yani sekitar 4 km, itupun harus jalan kaki karena aksesnya hanya jalan setapak dan tidak bisa dilalui kendaraan. Ditambah jalannya nanjak, banyak semak belukar, melewati sawah dan hutan. Apalagi jika musim hujan, kondisinya sangat licin dan berlumpur.
Sehari-hari, Mak Yani bekerja sebagai buruh tani, pencari kayu, pencari rumput, hingga pakan ternak dengan sekali upah dari 10 – 25 ribu, tergantung dari pemberi kerja. Itupun tidak setiap hari. Bahkan pada saat ditemui, Mak Yani hanya punya uang 1.000 rupiah. Bahkan Mak Yani pernah jalan kaki 4 km hanya untuk beli 1 gorengan di warung terdekat, demi makan Dede.
SahabatKU, yuk temani perjuangan Mak Yani bawa Dede berobat agar kondisi Dede bisa lebih baik!
Disclaimer: Dana yang terkumpul akan digunakan untuk biaya pengobatan Dede, kebutuhan Dede dan Mak Yani, serta renovasi gubuk. Jika terdapat kelebihan dana akan digunakan untuk kebutuhan para Dhuafa dan program lainnya yang berada di bawah Yayasan Sinergi Kebaikan Ummat.
LANSIA SEBATANG KARA RAWAT ANAKNYA PENGIDAP KELUMPUHAN
terkumpul dari target Rp 100.000.000