Sebatang Kara Mengais Sampah Tuk Hidupi Cucu Yatim
terkumpul dari target Rp 85.000.000
#TemanBerbagi! Mungkin tempat ini terlihat sangat kumuh dan bau tak sedap menyengat hidung.
Namun jika kita amati seksama, terlihat seorang lansia wanita yang berada di tengah-tengah hamparan sampah dan para pemulung pria. Beliau adalah Mbah Marsih, lansia wanita usia 69 tahun asal Bojonegoro Jawa Timur.
Sudah 12 tahun sejak sang suami wafat, Mak Marsih harus turun tangan bekerja sendirian.Mendorong gerobak besi yang berat, memutari perkampungan, sembari mengais satu demi satu tempat sampah.
Terlihat rekan kerjanya adalah laki-laki yang usianya di bawah Mak Marsih.Sedangkan Mak Marsih satu-satunya pemulung wanita yang usianya sudah di atas 60 tahun.Bukan tanpa alasan Mak Marsih menekuni pekerjaan menjadi pemulung. Sebab, dari tangannya lah beliau bisa menghidupi cucunya yang menjadi yatim.
Azila, usianya 10 tahun. Saat ini Azila duduk di kelas 5 Sekolah Dasar.Sejak usia 2 tahun, Azila sudah menjadi anak yatim. Kemudian sang Ibu harus pergi merantau untuk memperjuangkan ekonomi keluarga akan tetapi tak kunjung pulang sampai sekarang.Terkadang sang ibu azila mengirimkan uang untuk mencukupi kebutuhan azila dan mbah marsih 3 bulan sekali. akan tetapi dengan di kirim 3 bulan sekali tidak bisa mencukupi kebutuhan azila dan mbah marsih.
"Biasanya dalam waktu 3 bulan sekali ibunya azila kirim uang, yaa tapi itu tidak banyak terkadang tidak sampai 500ribu" -Ucap Mbah Marsih penuh pilu
Mau tak mau Mbah setiap hari, sejak pukul 6 pagi hingga siang tiba harus mencari sampah untuk dijual ke pengepul. bahkan mbah marsih pernah hanya dibayar 3ribu oleh pengepul dengan satu karungnya.Mungkin tak banyak yang diperoleh, tergantung banyak sedikitnya sampah yang terkumpul.
Namun Mbah Marsih percaya “Semua yang terjadi sudah digariskan oleh Allah dan saya percaya bahwa Allah memiliki rencana yang baik.”
Bahkan tak jarang azila turut serta sang Nenek untuk mencari barang bekas.Aktivitas itu dilakukan Anisa selepas pulang sekolah hingga sore tiba.Demi azila, cucunya, Mak Marsih sanggup menjadi ayah, ibu, dan rumah bagi azila.
“kalau bukan saya, lantas kepada siapa lagi Genduk azila bersandar? Bahkan dia memanggil saya dengan sebutan Emak (ibu dalam bahasa jawa)”—tutur lirih Mak Marsih meneteskan air mata.
#TemanBerbagi! Yuk sama sama bantu mbah marsih menyekolahkan cucu yatimnya
Sebatang Kara Mengais Sampah Tuk Hidupi Cucu Yatim
terkumpul dari target Rp 85.000.000