
Tampah Kecil Harapan Besar Mak Enung
terkumpul dari target Rp 50.000.000
“Mak belum bisa pulang, soalnya belum cukup buat makan besok”.
Kalimat itu lirih keluar dari bibir seorang perempuan tua yang duduk sendirian di pinggir jalan pasar. Di bawah tubuhnya terbentang alas karung lusuh, diatas tampah tempat ia menata dagangan sayurnya yang mulai layu. Sore itu mulai meredup, tapi wajah Mak Enung tetap berusaha tersenyum saat aku menghampirinya meski matanya tampak menyimpan lelah yang dalam.
Namanya Mak Enung. Seorang lansia yang hidup seorang diri. Hidupnya ia gantungkan dari menjajakan sayur seadanya yang ia bawa sejak pagi buta. Setiap hari, ia menapaki jalanan pasar dengan langkah tertatih, membawa harapan yang kadang kandas sebelum sore tiba.
Sayur-sayuran yang ia bawa mulai layu dan menguning. Tapi ia belum ingin beranjak. Bukan karena tak lelah tapi karena ia tahu, kalau dagangannya tak laku hari ini, besok ia tak bisa makan.
“Sekarang udah makin sepi yang beli, Nak. Kadang Mak cuma duduk aja sampai sore, nggak ada yang beli”
Sering kali, ia pulang dengan keranjang yang masih penuh dan perut yang kosong. Badannya mulai membungkuk, tangan gemetar, dan penglihatan pun tak lagi tajam. Tapi Mak Enung tetap memilih bertahan. Dalam diamnya, ia sedang memperjuangkan hidup yang sudah mulai berat ia pikul sendiri.
Rumah kecil tempat ia berteduh pun kini mulai rapuh. Atapnya bocor di banyak tempat, dindingnya mulai lapuk. Pernah, saat hujan turun deras disertai angin kencang, sebagian atap hampir roboh. Mak Enung hanya bisa memeluk tubuhnya sendiri, berlindung di sudut ruangan, menunggu hujan reda dalam ketakutan.
"Kalau hujan besar, Nak… kadang Mak takut rumahnya ambruk. Tapi Mak gak punya tempat lain buat pulang..."
Di rumah itu pula, tak jarang Mak Enung hanya bisa makan dengan garam dan nasi sisa kemarin. Kadang nasi pun tak ada. Tapi Mak tetap bersyukur karena baginya, makan seadanya sudah jauh lebih baik daripada tidak makan sama sekali.
Insan baik, Bayangkan di usia senjanya, Mak Enung masih duduk di pinggir jalan menanti pembeli, sementara tubuhnya sudah tak sanggup banyak bergerak. Bayangkan jika satu-satunya harapan untuk bisa makan… hanyalah menunggu satu dua sayuran terjual di atas tampah kecil itu.
Ia tak pernah mengeluh. Tapi kita tahu, ia butuh dibantu.
Yuk temani perjuangan Mak Enung Agar di usia senjanya, ia tak perlu lagi berkeliling, berjalan jauh menjajakan sayuran.
Disclimer : Donasi yang terkumpul akan digunakan untuk membantu kebutuhan harian Mak Enung, mendukung usaha kecil yang bisa dijalankan di rumah, serta memperbaiki tempat tinggalnya yang nyaris roboh. Sebagian donasi juga akan disalurkan kepada penerima manfaat lain di bawah pendampingan Yayasan Amal Baik Insani.

Tampah Kecil Harapan Besar Mak Enung
terkumpul dari target Rp 50.000.000