"Mak mah makan apa adanya saja, kalau ada orang yang jarah kemakam, Mak suka ada yang ngasih uang untuk beli makanan, kalau gak ada mah Mak hanya makan nasi bekas atau ada yang ngasih" - Mak Emin

Mak emin kini usianya sudah lebih dari satu abad, yakni 102 tahun. Sama seperti nenek-nenek kita semua. Rambutnya sudah putih, giginya tersisa beberapa, dan langkahnya pun tidak sekuat saat masih muda dulu. Mak tinggal sendiri disebuah rumah kecil yang berdinding grc di pinggir pemakaman umum.

Mak sudah tak kuat lagi bekerja. Bahkan untuk berjalan pun ia lakukan dengan bersusah payah dan  terbungkuk. Jalannya sangat pelan dan tertatih. Jika kita jeli, kita bisa melihat beberapa luka dikaki dan tangan Mak Emin. Luka itu didapat saat berjalan dan membersihkan makam.

Persendian Mak pun kerap terasa nyeri. Namun Mak hanya bisa meringis, tidak ada obat rutin yang ia konsumsi. Selain itu mulutnya juga tampak bergetar setiap Mak berbicara. Bahkan pendengarannya pun sudah tidak begitu jelas.

Sehari-hari Mak biasa membersihkan makam. Sayangnya tidak setiap hari ada orang yang datang untuk jarah kemakam sehingga Mak hanya bisa makan apa yang ada dari pemberian tetangga terdekat. Jika tidak ada yang memberi, nasi basi bekas beberapa hari pun Mak makan lagi asal perutnya bisa terisi.

Mak Emin hidup dengan segala keterbatasan. Suaminya sudah meninggal puluhan tahun lalu. Dari pernikahannya itu ia dikaruniai seorang anak. Namun anaknya sudah berkeluarga dan dalam kondisi serba keterbatasan. Sehingga Mak harus berjuang hidup seorang diri.

Sahabatku, mari kita sisihkan sedikit rezeki yang kita miliki saat ini, agar Mak tidak kesulitan lagi dalam memenuhi kebutuhan pokoknya dan tinggal dengan nyaman di sebuah rumah menjalani usia lanjutnya.

Disclaimer : Donasi yang terkumpul akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok dan santunan Mak Emin. Selain itu akan dipergunakan untuk lansia dhuafa lainnya dibawah naungan yayasan sinergi kebaikan ummat