Bantu Lansia Pejuang Keluarga Bertahan Hidup
terkumpul dari target Rp 80.000.000
Kisah senada juga dialami oleh mbah Yuli (67). Sebelas tahun beliau mengayuh sepeda sejauh 25km untuk menjual nasi bungkus.
Bukan tanpa alasan, beliau lakukan itu semua demi kesembuhan sang suami. Beliau bahkan rela berjualan hingga pukul 2 pagi.
Sakit paru-paru yang di idap oleh suami mbah Yuli harus segera diobati. Namun biaya yang dibutuhkan tentu tidaklah sedikit. Hal tersebutlah yang membuat mbah Yuli rela banting tulang demi bisa rawat dan obati sang suami yang telah menemaninya 45 tahun.
***
Setiap hari Pak Ikhsan (66) jualan es wawan keliling demi sesuap nasi, pengobatan istrinya yang sakit-sakitan dan merawat anaknya yang mengidap gangguan jiwa.
Sejak pukul 4 pagi, Pak Ikhsan sudah mengayuh sepeda tuanya menuju tempat tengkulak es wawan kemudian mulai keliling dengan menempuh jarak kurang lebih 30 Kilometer.
“Alhamdulillah kalo rame suka habis, tapi kalo sepi paling Cuma dapet ksekitar 20rb aja sehari,”
Meskipun fisik Pak Ikhsan sudah tak sekuat dulu, namun beliau berjuang demi istri dan anaknya yang terpaksa diikat di atas dipan kasur karena beberapa kali kabur dan mengamuk. Pak Ikhsan tak mampu membawa anaknya yang gangguan jiwa itu berobat, begitupun mengobati istrinya yang sakit-sakitan.
Pak Ikhsan hanya ingin modal agar usaha sendiri di rumahnya untuk kelangsungan hidup keluarga, karena dengan usianya sekarang beliau sering merasa kelelahan dengan berjualan keliling. Mari kita bantu perjuangan Pak Ikhsan dan lansia lainnya agar hidup layak.
***
Bahu renta nya menjadi saksi bisu perjuangan Mbah Slamet (75) di sisa usia nya.
Setiap hari beliau berkeliling di daerah pinggiran Kota Bojonegoro untuk berjualan pisang sejauh 20 km tanpa alas kaki!
Bukan tanpa alasan mbah harus berjalan sejauh itu. “Kalau dijual di sekitar rumah ndak laku, nak. Orang di sekitar rumah sudah punya pisang sendiri di kebun,” lirih mbah menjelaskan.
Dengan penghasilan yang pas-pasan, tak mampu bagi mbah bila harus menyewa kios dengan harga yang tak murah. Alhasil, berjalan kaki adalah pilihan terbaik yang mampu mbah lakukan.
Sesekali mbah menepi bila tubuh nya terasa lelah dan gemetar.
Hasil jualan pisang mbah sungguh tak seberapa, bisa dapat 20 ribu/hari saja sudah beryukur. Setidak nya mbah bisa makan meski dengan kerupuk. Itu pun kadang harus dibalas dengan luka terbeset saat mengelupas buah yang beliau jual.
Usia renta dibalut kesukaran tak menjadikan Mbah Slamet berpasrah pada keadaan. Selepas berdagang, mbah masih menyempatkan diri untuk membersihkan masjid di desa nya.
“Mushola nya kalau habis Ashar digunakan untuk TPQ nak, jadi harus dibersihkan. Itung-itung mbah nabung pahala di surga ya,” ucap mbah dengan menyunggingkan senyum kecil.
***
Mbah Wasinah (95) sehari-hari berdagang Pindang (Ikan Asin yang diawetkan) demi bertahan hidup di masa tuanya. Mbah Wasinah setiap hari harus berjalan sejauh 20 km.
Mbah Wasinah tinggal seorang diri disebuah gubuk tua berukuran 3x3 meter. Sang suami sudah lama meninggal dan disusul anaknya meninggal yang baru 100 hari kepergiannya.
Mbah Wasinah berjualan pindang sudah lebih dari 50 tahun, Sejak jam 02.00 pagi mbah wasinah sudah berangkat ke pasar hingga siang hari. Mbah berjualan di emperan dekat pejalan kaki, Setelah itu Mbah Wasinah berjualan keliling menyusuri jalanan di sekitar kota bojonegoro.
Biasanya dalam sehari mbah membawa 50 bungkus pindang. Mbah Wasinah beli pindang di pasar dengan harga 4.500 rupiah, dan Per Bungkus pindang mbah jual dengan harga 5 ribu rupiah. Dari penjualan tersebut, keuntungan yang diambil oleh mbah sangat sedikit hanya 500 rupiah. Jika Pindangnya laku semua mbah membawa pulang uang 25 ribu.
Tak Jarang Mbah Wasinah setiap hari hanya makan dengan nasi putih dan garam saja.
Saya biasanya makan hanya menggunakan nasi putih dan garam nak, itu sudah membuat mbah senang bisa makan. -Ucap Mbah Wasinah
Musim hujan yang tiba kerapkali membuat mbah wasinah ketakutan, Khawatir dagangannya basah dan terancam tak bisa berjualan. Kondisi rumah yang reyot juga membuat Mbah Wasinah Khawatir rumahnya tiba-tiba roboh.
***
Mbah Slamet, Mbah Masinah, Mbah Yuli dan Pak Ikhsan adalah gambaran para lansia dhuafa yang di usia senja mereka masih harus berjuang untuk bertahan hidup.
Tak ada hari tua dan istirahat bagi mereka. Jika tak kerja, entah harus bagaimana mereka mencukupi kebutuhan.
#TemanBerbagi, mari bantu menyisihkan sedikit rezeki untuk meringankan beban mereka? Nantinya bantuan darimu juga akan disalurkan untuk membantu para lansia dhuafa lainnya yang membutuhkan.
Klik DONASI SEKARANG dan berikan donasi terbaikmu.
Bantu Lansia Pejuang Keluarga Bertahan Hidup
terkumpul dari target Rp 80.000.000