Buta Sebatang Kara, Bantu Mak Icih Kembali Melihat.
terkumpul dari target Rp 100.000.000
Sungguh malang nasib Mak icih, diusia senjanya beliau hidup sebatang kara karena suami telah belasan tahun berpulang mendahului. Mak Icih, lansia 83 tahun ini bertahan hidup dengan mata yang tak dapat melihat. Dulu Emak bekerja sebagai buruh tani serabutan, namun sejak 20 tahun lalu emak mengalami kebutaan dan tak bisa bekerja lagi.
Bukan hanya memiliki keterbatasan penglihatan, namun sebelah tangan emak pun tak dapat digerakan karena tulang lengan yang melekuk kedalam dan sedikit bengkok akibat terkena serpihan mortir saat sedang mencari rumput di area Latihan militer, sehingga terasa kaku saat digerakkan.
"Baheula panangan emak kena serpihan mortir pas nuju milari jukut janteun ayeuna teu tiasa digerakeun ( dulu tangan emak kena serpihan mortir waktu lagi nyari rumput jadi sekarang ga bisa digerakin )", ucap emak.
Awalnya, sebelah mata emak masih dapat melihat, namun karena tidak di obati, mata emak pun semakin hari semakin parah sampai akhirnya kedua mata emak kini tidak dapat melihat.
Untuk beraktivitas tidak banyak yang dapat diharapkan, hanya tongkat kecil yang kini menjadi tumpuan. Hilang arah, hanya pasrah saat ini sangat menggambarkan keadaan Emak yang sebatang kara.
"Tos teu tiasa nanaon emak mah ayeuna, mapah ge keudah nganggo tongkat, di rarampa tos teu ka etang geubis sareng ti kusruk mah (sudah tak bisa apa-apa saya, jalan juga harus di raba-raba pakai tongkat sudah tidak terhitung tersungkur dan jatuh ketika berjalan)_ ", ucap emak seraya berusaha tampak tabah.
Malam-malam emak lalui dalam sepi dan gelapnya kesendirian, jika sakit reumatik atau sesak Emak kambuh, Emak hanya dapat merintih dan memanggil Asma sang maha pencipta, berharap sakitnya reda dengan sendirinya dan jika beruntung esok ada tetangga baik yang membelikanya sekedar obat warung.
Begitupun dengan rasa lapar, Emak sudah terbiasa menahanya. Jika beberapa hari Emak belum ada yang memberi makan biasanya Emak mengganjalnya dengan Air putih yang Ia masak sendiri.
"Alhamdulillah di pengker masih aya hawu kanggo naheur cai, bari di cacapa Oge Emak masih tiasa naheur cai. Suluh namah mulungan di jalan atawa sok aya murangkalih nu masihan (alhamdulillah di belakang masih ada tungku buat memasak air, pakai kayu bakar hasil memulung di jalan atau di beri anak-anak tetangga)" Emak mengisahkan sambil menunjukan tempatnya memasak air.
Sebenarnya Emak mempunyai seorang anak angkat namun anaknya tersebut pergi berpamitan untuk bekerja, namun telah 8 tahun lamanya tak pernah ada kabar lagi sampai saat ini.
" Mun ka umuran, Emak hoyong cageur jeung bisa ninggali deui budak anu 8 taun eweuh kabar, ( jika usia mengijinkan Emak ingin sembuh dan bisa melihat dan bertemu lagi dengan anak Emak yang 8 tahun gak ada kabar berita)" Emak berujar dengan suara tercekat menahan kesedihan yang begitu dalam.
Beruntung untuk tempat tinggal Emak di ijinkan untuk menempati lahan dan rumah milik salah seorang kerabat yang Baik hingga Emak punya tempat untuk berteduh, meski kondisinya tampak jauh dari kata layak karena tidak tertata dan terawat.
Pun dengan makan, Emak sepenuhnya tergantung dengan pemberian dan kepedulian dari para kerabat dan tetangga yang peduli, namun itupun tidak setiap hari Emak mendapat kiriman makanan dari tetangga hingga tak jarang Emak melewati malam dengan perut kosong dan menahan lapar.
Insan Baik, Entah berapa lama lagi Emak harus melewati malam-malam dengan perut kosong dan melewati hari-hari tanpa dapat menikmati indahnya warna warni bunga dan indahnya cahaya mentari senja. Mari kita hadirkan senyum bahagia di sisa usia Emak dengan do'a dan donasi terbaik kita.
Disclaimer : Donasi yang terkumpul akan digunakan untuk biaya berobat serta untuk segala kebutuhan pokok Mak Icih. Jika ada dana berlebih akan digunakan untuk implementasi program dan penerima manfaat lainnya dibawah naungan yayasan amal baik insani.
Buta Sebatang Kara, Bantu Mak Icih Kembali Melihat.
terkumpul dari target Rp 100.000.000