
Kisah Pilu Dibalik Air Mata Anak Yatim
terkumpul dari target Rp 100.000.000
Jerit tangis 5 anak yatim ini pecah ketika menyaksikan ayah tercintanya pulang dari rumah sakit sudah terkujur kaku tak berdaya dibalut kain kaffan. Air matanya membanjiri pipi, tangisan dan jeritannya semakin keras sambil membangunkan ayah tercintanya yang telah tiada.
Mereka adalah Nafasya (15), Adila (12), Nabil (9), Ikbal (6), dan Saniya ( 9 bulan). Seluruh tubuhnya digoyang-goyang tapi tak menyahut sedikit pun. Sementara ibu Nike (40) tak sadarkan diri menyaksikan suami tercintanya telah meninggal dunia.
Sudah jatuh tertimpa tangga, tidak pernah terpikirkan hidup akan sepahit ini bagi bu Nike. Beliau ditinggalkan oleh almarhum suami tercintanya dalam kondisi sulit, ditambah harus merawat 5 anak yatimnya yang masih kecil sendirian.
Kini ibu Nike terpaksa harus mengambil peran kepala keluarga sekaligus ibu untuk anak-anaknya dengan berjalan puluhan kilometer berjualan snak milik tetangganya.
Dengan bekal kantong keresek hitam yang berisi snack. Ibu Nike tawarkan snack dagangannya kesetiap pintu sambil menggendong putri bungsunya Saniya putri Adiyanti yang masih bayi.
Tak banyak pendapatan yang diterimanya, jika snack dagangannya habis terjual, ibu Nike hanya mendapatkan 30 ribu sehari. Namun kadang dagangannya tak laku satu pun sehingga tak ada satu rupiah pun yang bisa dibawanya kerumah untuk makan.
Malam hari sepulang keliling jualan, ibu Nike terbiasa menahan lapar, karena beliau hanya bisa membawa sebungkus nasi untuk dibagikan ke 5 anaknya.
"Ada 5 anak yatim saya yang sedang menunggu dirumah. Jika dagangan saya tidak laku, biarkan mereka makan duluan." ~ujarnya sambil menangis
Selain ibu Nike ada ada Lastri tri lestari (15) dan Muhammad Ramdhan (12). Mereka kini hidup serba keterbatasan. Air matanya senantiasa mengalir membasahi pipi keduanya.
Belum juga kering air matanya, ibu tercintanya pun memutuskan untuk menikah lagi dan tinggal bersama suami barunya diluar kota meninggalkan keduanya.
Kini mereka berdua terpaksa harus tinggal disebuah gubuk yang hendak roboh peninggalan dari ayah tercintanya.
Setiap kali hujan turun, hampir semua bagian rumahnya basah. Kasur, pakaian, dan buku pelajaran pun harus berkali-kali dijemur agar bisa digunakan kembali.
"Jangankan untuk bayar SPP kesekolah pak, untuk buku tulis pun saya memakai buku tulis bekas yang masih kosong. Bahkan seragam sekolah pun kami memakai yang telah usang dan sobek pemberian dari teman, yang penting kami bisa belajar saja." ~ungkap lastri dengan suara lirih sambil duduk diatas kasur yang basah karena kebocoran saat hujan.
Untuk sehari-hari mereka hidup dari belas kasihan saudara dan tetangganya yang peduli kepada mereka.
"Kak...ibu dan ayah udah pergi, kakak jangan ninggalin aku juga. Aku janji tidak akan nakal." ~ucap Ramdhan sambil nangis dan memegang tangan lastri, kakaknya.
Sahabat kebaikan, uluran tangan kita bisa jadi pengganti timangan sayang ayah dan ibu bagi mereka yang tak pernah dapatkan. Kami ingin mengajak sahabat kebaikan untuk berbagi sedikit rezeki demi memenuhi kebutuhan mereka.
Disclaimer : Donasi yang terkumpul akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga bu Nike, Lastri tri lestari, dan muhammad Ramdhan. Selain itu akan digunakan untuk implementasi program dan para penerima manfaat lainnya dibawah naungan yayasan global sedekah movement


Kisah Pilu Dibalik Air Mata Anak Yatim
terkumpul dari target Rp 100.000.000