Idap Kanker Payudara, Ibu Ida Hanya Ingin Sembuh
terkumpul dari target Rp 50.000.000
“Saya benar-benar sudah pasrah Jika Alloh mengambil saya saat itu juga”. Ditengah-tengah sulitnya ekonomi karena pandemi Covid, ibu Ida (45 tahun) berjuang hadapi Kanker Payudara. Rasa takut dan tidak adanya biaya membuat ibu Ida dan pak Sobur (50 tahun), suami bu Ida sempat menyerah dan menghentikan pengobatan.
Saat tahun 2018, Bu Ida merasakan ada benjolan di bagian payudaranya. Ibu Ida menyangka itu hanyalah benjolan biasa namun semakin lama semakin membesar dan sakit. Akhirnya ibu Ida pergi ke klinik dan hanya diberi obat penghilang rasa nyeri. Hingga akhir 2019 belum ada perubahan malah semakin sakit. Lalu bu Ida memberanikan diri untuk melakukan Biopsi. Dari hasil Biopsi diketahui ternyata Ibu Ida menderita kanker payudara.
“Saat dokter menyampaikan bahwa saya terdiagnosa kanker payudara, saya tidak bisa berkata-kata lagi. Yang bisa saya lakukan hanya menangis” Ucap Ibu Ida.
Setiap bulan Ibu Ida menjalani kemoterapi dengan segala prosedur yang rumit seperti sebelum menjalani kemoterapi harus melakukan tes PCR sebab saat itu covid sedang meningkat. Saat itu juga biaya tes PCR tidak semurah saat ini. Setiap bulannya Ibu Ida harus mengeluarkan biaya untuk tes PCR sebesar 900 ribu dan suaminya yang harus antigen.
Sebenarnya Ibu Ida harus menjalani operasi pengangkatan payudaranya. Namun Ibu Ida takut dan khawatir dengan biaya yang harus dikeluarkan. Akhirnya setelah menjalani kemoterapi selama 6 bulan, Ibu Ida rasa kondisinya sudah membaik sehingga memutuskan untuk menghentikan pengobatan di Rumah Sakit dan melanjutkan pengobatan tradisional.
Kondisi yang sudah dianggap membaik ternyata semakin memburuk karena berhentinya pengobatan. Benjolan di bagian payudaranya pecah mengeluarkan darah dan nanah sangat banyak. Suami dan anak-anaknya pun ikut panik.
“Saya benar-benar takut sampai rasanya mau pingsan karena darah dan nanah yang keluar sangat banyak dan rasanya sangat sakit. Yang saya lakukan hanya menutupinya dengan pampers karena kain kasa tidak cukup untuk menutupi lukanya” Ucap Ibu Ida.
Akhirnya Pak Sobur nekat meminjam uang ke adiknya untuk biaya transport ke Rumah Sakit dan biaya untuk tes PCR dan antigen. Pak Sobur bekerja sebagai buruh harian lepas dengan penghasilan 100 ribu per hari dan tak menentu. Penghasilan pak Sobur sebenarnya hanya cukup untuk biaya makan sehari-hari dan biaya sekolah anak bungsunya yang masih duduk di kelas 6 SD. Namun bila tempat kerja Pak Sobur jauh, uangnya hanya cukup untuk ongkos transport dan biaya makan sehari-hari. Ibu Ida sendiri hanyalah ibu rumah tangga yang sehari-hari beraktifitas di rumah.
Karena tidak ada biaya, Pak Sobur dan Bu Ida sampai menjual motor, menjual emas dan menjual apapun yang bisa dijual untuk biaya pengobatan Bu Ida dan biaya sekolah anaknya. Awalnya sempat menyerah dan pasrah dengan keadaan, namun Bu Ida ingat bahwa dia masih ada anak dan suami yang sangat menyayanginya dan membutuhkannya.
28 Mei 2022, Ibu Ida memutuskan dan memberanikan diri untuk menjalani operasi pada payudaranya dan Alhamdulillah berjalan dengan lancar. Setelah operasi, Ibu Ida masih harus terus menjalani pengobatan kemoterapi setiap 3 minggu sekali dan kontrol rutin. Ibu Ida juga harus rutin mengganti kassa dengan biaya 100 ribu setiap mengganti kassa. Dokter menyarankan untuk mengganti kassa setiap hari. Namun ibu Ida hanya bisa mengganti kassa setiap 2 hari atau 3 hari sekali karena minimnya biaya.
Pasca operasi hingga saat ini, Ibu Ida harus menebus obat seharga 1,5 juta per bulan. Namun hingga saat ini, obat tersebut belum bisa terbeli karena belum ada biaya juga. Pengobatan Ibu Ida tidak boleh terputus, karena bisa saja sel kankernya menyebar ke organ tubuh lainnya. Harapan Ibu Ida saat ini hanya ingin sembuh agar bisa mendampingi, mendidik dan menyaksikan anak-anaknya berkeluarga.
Idap Kanker Payudara, Ibu Ida Hanya Ingin Sembuh
terkumpul dari target Rp 50.000.000