Jual Kecambah 20RibuHari, Hidupi 3 Keluarga Sakit
terkumpul dari target Rp 50.000.000
"30 tahun saya merawat suami saya yang stroke, anak saya juga seperti ini, tambah lagi saudara yang ODGJ" ucap Bu Ngasini.
Bu Ngasini usianya sudah mencapai 82 tahun. Namun semangatnya seakan tak pernah luntur.
Di sepetak rumah berdinding kayu berlubang ini Ia tinggal bersama sang suami, satu anaknya, dan satu saudaranya yang mengalami gangguan jiwa.
30 tahun yang lalu saudara Bu Ngasini, yakni Bu Nis mengalami kehilangan kesadaran. Kondisinya berlanjut semakin parah hingga mengalami gangguan jiwa. Padahal saat itu mereka baru saja ditinggalkan oleh kedua orang tua menghadap kepada Sang Pencipta. Bu ngasini yang saat itu sudah dewasa mau tak mau Bu Ngasini merawat sang adik hingga saat ini.
Bu ngasini menjaga adik sematawayangnya penuh kasih, seringkali Bu Nis masih mengamuk dan pergi ke pinggir sungai. Sehingga perlu dijaga dan diikuti oleh orang lain. Bu nis selalu menjaganya dengan sabar berusaha mengerti kemauannya dan meredam amarahnya. Tidak ada obat-obatan ataupun penanganan medis yang didapatkan bu nis, bu ngasini hanya berusaha memberikan perhatian kakak pada adiknya dengan harapan bisa sadar dan hidup normal kembali.
Tak lama setelah kejadian ini Mas Khalim yang merupakan anak bu ngasini yang kelima dari enam bersaudara menderita sakit selepas imunisasi di usia 1 tahun. Kondisinya semakin parah hingga Mas Khalim tidak bisa berjalan dan berbicara. Saat ini usia Mas Khalim sudah 28 tahun. Setiap hari hanya Bu Ngasini yang merawat Mas Khalim, mulai dari menyuapi makan hingga memandikan. sama seperti bu nis, mas khalim tidak pernah mendapat perawatan medis ataupun pemenuhan gizi. sebagai ibu ini adalah perasaan bersalah terbesarnya. ditengah kesulitan ekonomi keluarganya bu ngasini terus berupaya agar anaknya hidup dengan baik.
"Khalim tetap anak saya Mbak. Meskipun sudah 28 tahun ini Khalim mengalami keterbatasan." kata Bu Ngasini.
Ibarat pepatah sudah jatuh tertimpa tangga, mungkin saat itu dirasakan oleh Bu Ngasini. Setelah harus merawat adiknya yang mengalami gangguan jiwa dan anak yang sakit, suami Bu Ngasini juga mengalami terkena stroke.
Suami Bu Ngasini bernama Pak Tajib. Dahulu bekerja sebagai buruh kuli. Naas, 10 tahun yang lalu Ia terjatuh hingga mengalami stroke ringan dan tidak mampu bekerja kembali. Separuh tubuhnya tak bisa digerakkan dan Ia kehilangan pekerjaan. Sehari-hari Ia hanya berdiam di rumah, menjaga Mas Khalim saat ditinggal pergi oleh Ibunya.
Untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, Bu Ngasini berjualan kecambah di pasar sejak pukul 5 pagi hingga siang hari. Tak banyak keuntungan yang didapat, paling sekitar 20 ribu. Itupun nanti akan langsung dibelikan sembako seadanya untuk makan. ditengah menunggu pembeli fikirannya selalu hanyut akan keadaan anaknya dirumah, atau adiknya dan suaminya yang tidak bisa berbuat banyak, di usia senjanya beliau juga berfikir siapa yang akan menjaga keluarganya bila beliau telah tiada.
Bagaimana jika saat ini pasar sepi dan Bu Ngasini tak bisa menjual dagangannya? Kasihan jika mereka sampai tak bisa makan.
Ketulusan bu ngasini merawat keluarganya patut untuk kita bantu, jangan biarkan bu ngasini berjuang sendirian ditengah keadaannya yang terpuruk.
#TemanBerbagi tegakah kalian melihat kondisi keluarga Bu Ngasini?
Ia hanya berharap diberikan kekuatan, kesabaran, dan kemudahan untuk berjuang hidup serta merawat keluarga. Semoga dengan uluran tangan #TemanBerbagi sekalian mampu memberikan kebahagiaan di keluarga Bu Ngasini.
Jual Kecambah 20RibuHari, Hidupi 3 Keluarga Sakit
terkumpul dari target Rp 50.000.000