Tangisan Kakek Renta Pedagang Sapu Lidi
terkumpul dari target Rp 40.000.000
Bahu rentanya jadi saksi bisu perjuangan Abah Sarip (70 tahun) diusianya yang semakin senja.
Tubuhnya yang sudah renta, tak pernah menggetarkan semangatnya untuk berjualan sapu lidi buatan tangannya sendiri demi menyambung hidup bersama istri tercintanya Mak Onis (60 tahun).
.
Dari pagi hingga malam Abah keliling menempuh jarak 10 kilometer untuk menawarkan sapu lidi buatan tangannya sendiri. Jika laku, penghasilan Abah 30 ribu perhari. Namun, jika lagi sepi pembeli, Abah seringkali pulang dengan tangan kosong.
"Bahkan sampai 3 hari Abah pun harus tidur dijalan nggak bisa pulang karena sapu lidi dagangannya belum ada yang laku." ~Ucap Abah Sarip bercerita
.
Setiap hari Abah keliling hanya berbekal sebotol air mineral untuk menahan rasa laparnya. Karena usianya sudah senja, dan memiliki penyakit sesak nafas. Terkadang Abah menepi dipinggir jalan untuk sekedar meluruskan kaki dan mengatur kembali nafasnya yang sesak.
"Kalau sesak nafas Abah kambuh, kadang ditengah jalan juga Abah suka tidur karena nggak kuat lagi berjalan." ~Ungkap Abah Sarip
Untuk menambah pendapatan, Mak Onis pun berjuang dengan menjadi buruh kupas babawangan. Dalam 1 kg dihargai Rp.2500. Dalam sehari Mak hanya bisa mengupas 3 kg babawangan dari pagi sampai sore. Uang itu mak belikan beras agar perutnya bisa terisi.
.
renta dan tak bertenaga, keadaan abah sarip dan istrinya menghadapi kehidupan. yuk saudara kebaikan, barangkali rezeki mereka berasal dari pintu rezeki kita. mari kita bantu abah sarip dan istrinya hidup layak di masa tuanya
Tangisan Kakek Renta Pedagang Sapu Lidi
terkumpul dari target Rp 40.000.000